Ayah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Ibu dan Difka

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Keluarga Sakinah,Mawadah,Warohmah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Difka Audia Hasna

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Curug Simaja

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 30 Oktober 2012

Kelebihan Surah Al-Baqaroh

Bismillaahirrohmaanirrohiim .........

Diriwayatkan pada Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam bersabda,
"Janganlah kamu menjadikan rumah-rumah kamu seperti kubur (hanya untuk tidur sahaja). Sesungguhnya syaitan itu lari dari rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah di dalamnya".
(HR Imam Muslim).

Pengajaran Yang Boleh Diambil Dari Hadits:

1- Kelebihan membaca Al-Quran dan rumah yang tidak pernah dibaca Al-Quran di dalamnya adalah diumpamakan seperti kubur.

2- Kelebihan membaca surah Al-Baqaroh dan membacanya sambil mentadabbur (memerhati) dan mengambil contoh isi kandungannya akan dapat menjauhkan syaitan serta menjaga seseorang umat Islam dari godaan dan kesesatannya...

Syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqarah.

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam telah bersabda,
“Semoga aku tidak mendapatkan salah seorang daripada kamu meletakkan salah satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menyanyi dan meninggalkan surah Al Baqaroh tanpa membacanya, sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqaroh. Sesungguhnya rumah yang paling kosong adalah rumah yang hampa dari kitab Allah ( Al-Quran ) “
Hadits riwayat An-Nas-I dalam kitab Al-Yaum Wa Al Lailah

Abdullah bin Mas’ud mengatakan : Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surah Al baqaroh, antara lain :
- Surah Al baqaroh ayat 1-5
- Ayat kursi 255 dan 2 ayat berikutnya 256-257
- Surah Al Baqaroh ayat 284-286

Maka syaitan tidak akan masuk kerumahnya pada malam itu.

Dalam satu riwayat lain disebutkan bahawa dia dan keluarganya tidak akan di dekati syaitan, dan apa yang dibencinya ( binatang buas seumpamanya ). Dan tidaklah ayat ini jika bacakan kepada orang gila akan membuatkannya sadar.


Malaikat bersama dengan orang yang membaca surah Al baqaroh

Ini merupakan salah satu fadhilat dan kelebihan surah Al baqaroh kepada pembacanya. Al Bukhori meriwayatkan dari Al Laits, dari yazid bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Usaid bin Hudhair :
“Pada suatu malam dia membaca surah Al-Baqaroh sementara kudanya ditambat berhampiran dengannya. Tiba-tiba kudanya itu pun berputar-putar. Ketika Usaid berhenti membaca, kudanya itu pun kembali tenang. Kemudian Usaid membacanya kembali dan kudanya itu pun kembali bergerak dan berputar-putar. Tatkala dia berhenti membaca, kudanya kembali diam. Kemudian dia membacanya lagi, kudanya itu pun bergerak dan berputar-putar. Maka dia pun berhenti membacanya sedangkan puteranya Yahya berada berhampiran kuda tersebut. Oleh kerana berasa bimbang dan kasihan kuda itu akan memijak anaknya, dia pun mengambil anaknya seraya penglihatannya mengadap ke langit dan dia melihat satu bayangan putih ( berkelip-kelip ) sampai dia tidak melihatnya lagi".

Ketika pagi menjelang, dia pun menceritakan perihal tersebut kepada Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam.

Rosuulullaah bersabda,
“Wahai putera Hudhair, baca terus” Dia menjawab “ Ya Rosuulullaah, aku merasa bimbang kepada Yahya karena dia berada dekat dengan kuda tersebut. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan melihat ke langit, tiba-tiba aku melihat seperti suatu bayangan yang mirip lampu-lampu. Setelah itu aku keluar rumah dan melihatnya sampai aku tidak melihatnya lagi.”

“Tahukah engkau apa itu “ Tanya Rosuulullaah. “ Tidak “ Jawabnya.

Beliau pun bersabda: " Itulah malaikat yang mendekatimu untuk mendengar suara bacaanmu. Seandainya kamu terus membacanya (sampai pagi ), niscaya pagi ini manusia akan dapat melihatnya tanpa terhalang..."

Imam Al-Baihaqi dari Imam Shalshal berkata: “Barangsiapa membaca Surah Baqaroh maka dipakaikan kepadanya mahkota disyurga.”

Imam Ibnu Zanjawai dari Imam Wahab ibn Munabih menyatakan: “Barangsiapa membaca Surah Baqaroh dan Ali Imran pada malam Jumaat maka baginya nur cahaya membentang antara Arsy dan dasar bumi.”

UNTUK PERLINDUNGAN DARI SEGALA KEJAHATAN:

· Abu Mas’ud Albadri r.a. berkata bahawa Nabi Muhammad shollallaahu a`laihi wasallam, bersabda;

“Barangsiapa membaca dua ayat dari surah Al-Baqaroh, maka cukuplah baginya (dari hal-hal yang membencikan. Dan menurut sebagian pendapat :sama dengan bersembahyang malam).”
(Riwayat Bukhori & Muslim)

UNTUK MEMOHON AGAR DIKABULKAN DOA:

Ibnu Abbas r.a. bercerita: Pada suatu ketika Malaikat Jibrail berada disisi Nabi Muhammad shollallaahu a`laihi wasallam, tiba-tiba terdengar suara dari atas, maka ia mengangkat kepalanya dan berkata: “Ini sebuah pintu dilangit, pada hari ini dibuka dan turun seorang malaikat memberi salam dan berkata:

“(Bergembiralah dengan dua cahaya penerangan yang diberikan oleh Allaah subhaanahu wa ta`ala. kepadamu, dan belum pernah diberikan kepada seseorang Nabi sebelum kamu, yaitu: FATIHUL KITAB dan Akhir SURAH AL-BAQAROH. Tiada engkau membaca suatu huruf daripadanya melainkan pasti permintaanmu diberi).”
(Riwayat Muslim)

KEUTAMAAN DUA AYAT AKHIR DARI SURAH AL-BAQAROH:

(Maksudnya) “Rosul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya, Mereka berkata: “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang dari Rosul-rosul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami Patuh dan Taat; Ampunilah kami ya Tuhan kami... dan kepada Engkaulah tempat kami kembali....”

Allaah subhaanahu wa ta`ala, tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat Pahala dari kebajikan yang diusahakannya, dan mendapat Siksa dari kejahatan yang dikerjakannya, Mereka berdoa:
“Ya Tuhan kami... Jangan Engkau Bebankan orang-orang yang sebelum kami...
Ya Tuhan kami... Janganlah Engkau Pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya... Maafkanlah kami..., Ampunilah kami... dan Rahmatilah kami..., Engkaulah penolong kami, Tolonglah kami atas orang-orang kafir.”
(Surah Al Baqaroh: 285-286)

WALLAAHUA`LAM...BISSHOWAB...Yang baik semuanya Untuk Allah... dan mana ada kesalahan dan kesilapan pada tulisan itu adalah dari Sifat Kelemahan saya sendiri sebagai Makhluk-NYA.... Hanya Kepada-NYAlah saya memohon Ampunan dengan sepenuhnya.. Insya Allaah... aamiin...

Rabu, 24 Oktober 2012

Untuk Anakku yang Tersayang....

 Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.

Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.

Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.

Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.

Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.

Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.

Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani

aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu
Karena kau buah hatiku yang tersayang....

Selasa, 23 Oktober 2012

Antara Jin & Manusia


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... 
Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam. Yang menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu diantara keduanya termasuk manusia dan jin. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon Ampunan-Nya.

Pembicaraan mengenai jin akan campur tangannya dalam kehidupan manusia merupakan bahasan yang tidak akan lapuk oleh per
ubahan jaman, tidak akan sirna oleh kemajuan teknologi. Karena ia dapat dirasakan pengaruhnya di belahan bumi manapun dan kapanpun selama manusia hidup di dunia.


Seperti yang telah kita ketahui, Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57)

Setidaknya ada dua pemahaman yang salah tentang bagaimana cara menyikapi eksistensi jin ini.

Pertama, tidak mengakui adanya jin dan menganggap bahwa jin hanya ada dalam dongeng atau takhayul, atau menolak tentang adanya campur tangan jin dalam kehidupan manusia. Padahal telah gamblang Allah SWT terangkan, baik dalil naqli maupun aqli tentang hal tersebut.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah[2]: 275)

Imam Al-Qurtubi Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ayat tersebut merupakan bantahan bagi yang mengingkari adanya kesurupan jin dan mengatakan bahwa hal itu semata-mata pengaruh medis belaka, atau setan tidak dapat masuk pada diri manusia dan tidak dapat mengganggunya menjadi gila.”

Oleh karena itu terkuaklah bahwa jin dapat mencampuri urusan manusia. Kedua,orang-orang yang percaya akan adanya jin namun sesat dalam memperlakukannya.

Adanya praktek perdukunan, sihir, tenung, menyembahnya dengan melakukan ritual-ritual tertentu. Kedua sikap tersebut sangatlah berpotensi menjerumusakan umat dalam kesyirikan, dosa nomor wahid dalam islam.

IDENTITAS JIN DAN SETAN ...
“Al-Jaan”adalah nenek moyang dari seluruh jin, sebagaimana yang Allah firmankan :

“Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al-Hijr[15]:27)

Namun apakah penciptaan jin seperti halnya penciptaan Adam dan keturunannya? Yakni beranak pinak seperti manusia? Wallahu a’lam. Ya.. makhluk itu bernama jin, tapi mengapa? Dinamakan jin karena sifatnya yang ijtinan yakni tersembunyi dan tak kasat mata.

Kata tersebut diambil dari “janna lail idza azhlama” malam telah menjadikan sesuatu tertutup karena gelapnya. Seperti halnya calon bayi dikatakan “janin” karena bersifat tersembunyi dirahim ibu. Begitu pula nikmatnya surga yg disebut “jannah” karenanya tersembunyi pula tempatnya.

Lalu apakan perbedaan jin dan setan(syaitan)? Jelas tentu keduanya sangat berbeda.

Jin adalah salah satu makhluk Allah seperti halnya manusia -sesuai pembahasan sebelumnya dalam QS. Adz-Dzariyat[51]: 56-57-,

sedangkan setan merupakan sifat. Sifat yang buruk, congak, hasud, terputus dari kebaikan, dan segala perilaku yang menuntun manusia untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Maka barangsiapa, baik manusia maupun jin apabila terindikasi akan hal tersebut maka dapat dikatakan dia syaitan.

Jadi syaitan dapat berasal dari jin maupun dari manusia yang telah resmi menjadi musuh para nabi beserta umatnya. Allah Ta’ala berfirman :

”Dan demikianlah Kami jadiakan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am[6]: 112)

BAGAIMANA JIN DAPAT MENGGANGGU MANUSIA? ..

Sesungguhnya, gangguan jin terhadap manusia itu benar-benar terjadi. Hal ini telah disaksikan oleh pendengaran manusia, dan panca indra yang lain pun tidak menafikkannya, bahkan justru mengukuhkannya.

Kalaulah bukan karena malaikat yang diutus Allah untuk menjaga manusia, maka tentulah tak ada manusia yang dapat lolos dari gangguan jin (syaitan). Yang demikin itu karena manusia tidak dapat melihat jin, sedangkan jin dapat melihat manusia dan memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat.

Mungkin karena manusia tanpa sengaja telah menyakiti mereka dengan menyiram air panas lalu menyakiti mereka, atau telah mengencingi mereka tanpa kita sadari, lalu mereka marah dan menyakiti manusia. Ada pula kedzaliman diantara mereka, sehingga mereka mengganggu manusia tanpa sebab.

Jin (syaitan) selalu menggoda manusia untuk berbuat munkar. Melalui bisikan-bisikannya yang indah sehingga memanjakan nafsu membuat manusia lupa akan hakikatnya, yaitu untuk selalu taat kepada Yang Maha Suci, Allah SWT. Melalaikan hal-hal yang fardhu, tenggelam kedalam hal-hal yang mubah dan akhirnya terperosok kejurang kenistaan tanpa kita sadari.

Selain itu, syaitan dari golongan jin juga dapat mengganggu manusia dengan cara merasuki tubuh manusia hingga ia hilang akal (gila). Gangguan seperti ini dapat bermacam-macam gejalanya, dari mulai yang berkepanjangan berada di jasadnya, sampai yang ringan yaitu tidak lebih dari beberapa detik seperti mimpi buruk.

Tanda-tanda yang sering muncul pada orang yang diganggu oleh jin ketika terjaga antara lain: pikiran kacau; sering pusing yang tidak disebabkan oleh panyakit pada kedua mata, kedua telinga, hidung, sisi tenggorokan atau lambung; sering lesu dan malas; senantiasa berpaling dari dzikrullah, shalat dan keta’atan-keta’atan lainnya. dan yang paling mudah kita lihat adalah kesurupan.

Ada juga tanda-tanda yang muncul ketika dia tidur: sulit tidur malam; kecuali setelah lama bersusah payah; mimpi buruk yaitu melihat sesuatu yang mengancamnya; tertawa, menangis dan berteriak saat tidur; berdiri dan berjalan waktu tidur; mimpi melihat binatang.

BAGAIMANA CARA MENCEGAH GANGGUAN JIN? ..

Allah Ta’ala telah menganjurkan setiap umat muslim untuk senantiasa mengingat-Nya, dan jika seorang hamba ingat kepada Allah, menyebut-nyebut nama Allah, maka Allah pun juga akan menyebut-nyebut nama hamba tersebut, sehingga semakin dekatlah ia dengan Allah SWT.

Ketika Allah SWt sudah meridhoi seorang hamba, akankah dia membiarkan hambanya dalam bahaya? tentu tidak. Dzikrullah.. kata agung yang menggetarkan isi hati, dan semua penduduk langit, jika kita memahaminya dengan benar. Dan dzikir yang lurus adalah dzikir hanya untuk mendapatkan ridho Allah semata. Rasulullah SAW telah mencontohkan dzikir yang dapat kita amalkan, berikut diantaranya :

1. Membaca QS. Al-baqarah[2]: 255 (ayat kursi) setiap selesai sholat lima waktu, atau dibaca ketika akan tidur.

Rasulullah bersabda dalam hadistnya yang sahih : “barangsiapa membaca ayat kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syaitan tidak mendekatinya sampai subuh”

2. Membaca surah Al-Ikhlas, surah Al-falaq, dan surah An-Naas setiap akhir sholat fardhu.
Sesuai dengan hadist riwayat Abu-Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.

3. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu 285-286 pada permulaan malam, sesuai sabda Rasulullah SAW,

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya”(HR. Bukhori)

4. Berdoa ketika memasuki suatu tempat, atau berada di padang pasir, di udara atau di laut.

Sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan : ‘A’uudzu bi kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq’ (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu.”

Demikianlah penjelasan singkat mengenai campur tangan jin di alam manusia, semoga bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Allahu'allam...

Kamis, 18 Oktober 2012

Aku Mencintaimu Karena ALLAH


AL-KISAH PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI YANG SHOLEH DENGAN SEORANG WANITA SHOLEHAH YANG MENIKAH KARENA ALLAH, KETIKA KEBURUKAN RUPA DAN KECACATAN FISIK MENJADI UJIAN ATAS PERNIKAHAN MEREKA.
Bismillaah

Hari pernikahanku. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru. Betapa tidak. Di hari bersej
arah ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkawinanku. Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari,

“Jadi juga kau nikah sama buntelan karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut ‘buntelan karung hitam’.

“Kamu sudah kena pelet barangkali Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!” sambung ibu lagi.

“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.

“Oh…. rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Yanto. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”

DEGG !!!!

“Yanto…. jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba,” teguran Ismail membuyarkan lamunanku.

Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

“Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.

“Aku terima nikahnya, kawinnya Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin seperangkat alat sholat tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.

“Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dien. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain.”

Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama.Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.

“Assalamu’alaikum …. permintaan hafalan Qur’annya mau di cek kapan De’…?”

tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.

Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui. “Nanti saja dalam qiyamullail,” jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku ‘tidak menarik’. Sekelebat pikiran itu muncul ….dan segera aku mengusirnya.

Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.

“Bang, sudah saya katakan sejak awal ta’aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka,” …

"Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat- lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

“Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.”

Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.

“Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.

“Tidak…De’. Sungguh sejak awal niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a kubentangkan pada Nya.

“Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa

cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !”
Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku denan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam- malamnya dengan munajat panjang pada-Nya.

Ia senantiasa menjaga hafalan Kitab-Nya. Dan senantiasa melaksanakan shoum sunnah Rasul Nya.

“…dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah …”
(QS. al- Baqarah:165)

=========================================

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat Yang Maha Pengasih… Aamiin.

Khusnul Khotimah


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuuuh....

Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anha bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya…di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.”

Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, “Wah…angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud.”

Seorang Doktor bercerita kepadaku, “Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal… tenanglah… sesungguhnya aku mencium bau surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium bau surga.’
Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ‘ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta Subhanallahu wa Ta’ala.

Allahu Akbar… apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari… semua kalimat tidak mampu terucap… dan pena telah kering di tangan… aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’ (Ibrahim: 27).

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.”
Ia melanjutkan kisahnya,
“Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama.

Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah.

Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku.

Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanallah… sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah.

Saudara-saudara tercinta… kisah belum selesai…
Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya?

Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga.

Ayahnya berkata, : ‘Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU’.”

Aku katakan, “Maha benar Allah yang berfirman, : ‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.’ (Fushshilat: 30-32).

Subhanallah... MAHA BENAR ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, dengan segala firman-NYA...
Semoga qt termasuk didalamnya,,,,, Aamiin ya robbal allamin.

Rabu, 17 Oktober 2012

Kisah Ibu Rasulullah, Aminah binti Wahab


Aminah binti Wahab (??? - 577 M) adalah ibu yang melahirkan Muhammad, Nabi umat Islam. Aminah menikah dengan Abdullah. Tidak terdapat keterangan mengenai lahirnya beliau, dan menurut sejarah ia meninggal pada tahun 577 ketika dalam perjalanan menuju Yatsrib untuk mengajak Nabi Muhammad mengunjungi pamannya dan melihat kuburan ayahnya.

KELAHIRAN


Aminah dilahirkan di Mekkah. Ayah Aminah adalah pemimpin Bani Zuhrah, yang bernama Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Sedangkan ibu Aminah adalah Barrah binti Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddar bin Qushay.

PEMIMPIN PARA IBU

Bunda Aminah adalah pemimpin para ibu, karena ia ibu Nabi Muhammad SAW yang dipilih Allah SWT sebagai Rasul pembawa risalah untuk umat manusia hingga akhir zaman. Baginda Muhammadlah penyeru kebenaran dan keadilan serta kebaikan berupa agama Islam.

“Dan barangsiapa memilih agama selain Islam, maka tiadalah diterima (agama itu) darinya. Dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Tak banyak sejarawan yang mengupas masa hidupnya, namun nama ini senantiasa semerbak bersama hembusan angin keindahan. Perjalanannya yang indah nan suci telah mengukir perubahan besar perputaran zaman. Siapa yang tak kenal Bani Hasyim; karena dari kabilah inilah Nabi SAW dilahirkan. Siapa pula yang tak kenal Bani Zuhrah; sebuah kabilah yang pernah menyimpan wanita suci dan mulia, karena dari rahimnya lahir sebuah cahaya agung yang membawa pembaharuan besar di dunia ini, Aminah binti Wahab Ibunda Rasululllah SAW.

Mungkin sulit untuk diketahui kapan dan bagaimana kelahiran serta kehidupan Sayyidah Aminah sampai menjelang masa perkawinannya dengan Sayyid Abdullah, karena para sejarawan tidak banyak menceritakan masalah ini. Namun yang jelas Wanita Arab waktu itu terbagi menjadi dua kelompok:

Kelompok pertama, adalah wanita yang dikenal oleh kaum pria dan mereka pun mengenal kaum pria. Wanita semacam ini biasanya mempunyai keahlian dalam beberapa pekerjaan dan mereka pulalah yang memberi semangat kaum lelaki di saat terjadi peperangan. Para pemuda yang menikah dengan wanita semacam ini biasanya disebabkan melihat dan mendengar secara langsung.

Kelompok kedua, adalah para wanita yang tidak dikenal oleh kaum pria dan mereka pun tidak mengenalnya selain kaum lelaki dari keluarga dekatnya sendiri. Para Pemuda Arab yang meminang wanita semacam ini disebabkan kemuliaan dan iffahnya (kesucian). Wanita semacam ini senantiasa menerima pujian dan sanjungan di setiap masa.
Perumpamaan wanita semacam ini di mata manusia tak bisa disamakan, kecuali dengan mutiara yang tersimpan sehingga tidak sembarangan orang dapat mengotorinya. Tak seorang pun mampu mengusik kemuliaan dan iffahnya, dari wanita semacam inilah bunga mawar Bani Zuhrah, Aminah binti Wahab.

Seorang wanita berhati mulia, pemimpin para ibu. Seorang ibu yang telah menganugerahkan anak tunggal yang mulia pembawa risalah yang lurus dan kekal, rasul yang bijak, pembawa hidayah.

Cukuplah baginya kemuliaan dan kebanggaan yang tidak dapat dimungkiri, bahwa Allah Azza Wa Jalla memilihnya sebagai ibu seorang Rasul mulia dan Nabi yang terakhir.

Berkatalah Baginda Nabi Muhammad SAW tentang nasabnya:

“Allah telah memilih aku dari Kinanah, dan memilih Kinanah dari suku Quraisy bangsa Arab. Aku berasal dari keturunan orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik, dari orang-orang yang baik.”

Dengarlah sabdanya lagi:

“Allah memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang baik ke rahim-rahim yang suci secara terpilih dan terdidik. Tiadalah bercabang dua, melainkan aku di bahagian yang terbaik.”

Bunda Aminah bukan cuma ibu seorang Rasul atau Nabi, tetapi juga wanita pengukir sejarah. Karena risalah yang dibawa putera tunggalnya sempurna, benar dan kekal sepanjang zaman. Suatu risalah yang bermaslahat bagi umat manusia.

Berkatalah Ibnu Ishaq tentang Bunda Aminah binti Wahab ini:

“Pada waktu itu ia merupakan gadis yang termulia nasab dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.”

Menurut penilaian Dr. Bint Syaati tentang Aminah ibunda Nabi Muhammad SAW yaitu:

“Masa kecilnya dimulai dari lingkungan paling mulia, dan asal keturunannya pun paling baik. Ia (Aminah) memiliki kebaikan nasab dan ketinggian asal keturunan yang dibanggakan dalam masyarakat aristokrasi (bangsawan) yang sangat membanggakan kemuliaan nenek moyang dan keturunannya.”

Aminah binti Wahab merupakan bunga yang indah di kalangan Quraisy serta menjadi puteri dari pemimpin bani Zuhrah. Pergaulannya senantiasa dalam penjagaan dan tertutup dari pandangan mata. Terlindung dari pergaulan bebas sehingga sukar untuk dapat mengetahui jelas penampilannya atau gambaran fisikalnya. Para sejarawan hampir tidak mengetahui kehidupannya kecuali sebagai gadis Quraisy yang paling mulia nasab dan kedudukannya di kalangan Quraisy.

Meski tersembunyi, baunya yang harum semerbak keluar dari rumah Bani Zuhrah dan menyebar ke segala penjuru Mekkah. Bau harumnya membangkitkan harapan mulia dalam jiwa para pemudanya yang menjauhi wanita-wanita lain yang terpandang dan dibicarakan orang.

CAHAYA DI DAHI

Allah memilih Aminah “Si Bunga Quraisy” sebagai isteri Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib di antara gadis lain yang cantik dan suci. Ramai gadis yang meminang Abdullah sebagai suaminya seperti Ruqaiyah binti Naufal, Fathimah binti Murr, Laila Al-Adawiyah, dan masih ramai wanita lain yang telah meminang Abdullah.

Ibnu Ishaq menuturkan tentang Abdul Muthalib yang membimbing tangan Abdullah anaknya setelah menebusnya dari penyembelihan. Lalu membawanya kepada Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah --yang waktu itu sebagai pemimpin Bani Zuhrah-- untuk dinikahkan dengan Aminah.

Sayyid Abdullah adalah pemuda paling tampan di Mekkah. Paling memukau dan paling terkenal di Mekkah. Tak heran, jika ketika ia meminang Aminah, ramai wanita Mekkah yang patah hati.

Cahaya yang semula memancar di dahi Abdullah kini berpindah ke Aminah, padahal cahaya itulah yang membuat wanita-wanita Quraisy rela menawarkan diri sebagai calon isteri Abdullah. Setelah berhasil menikahi Aminah, Abdullah pernah bertanya kepada Ruqaiyah mengapa tidak menawarkan diri lagi sebagai suaminya.
Apa jawab Ruqayah:

“Cahaya yang ada padamu dulu telah meninggalkanmu, dan kini aku tidak memerlukanmu lagi.”

Fathimah binti Murr yang ditanyai juga berkata:

“Hai Abdullah, aku bukan seorang wanita jahat, tetapi kulihat aku melihat cahaya di wajahmu, karena itu aku ingin memilikimu. Namun Allah tak mengizinkan kecuali memberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya.”

Jawaban serupa juga disampaikan oleh Laila Al-Adawiyah:

“Dulu aku melihat cahaya bersinar di antara kedua matamu karena itu aku mengharapkanmu. Namun engkau menolak. Kini engkau telah mengawini Aminah, dan cahaya itu telah lenyap darimu.”

Memang “cahaya” itu telah berpindah dari Abdullah kepada Aminah. Cahaya ini setelah berpindah-pindah dari sulbi-sulbi dan rahim-rahim lalu menetap pada Aminah yang melahirkan Nabi Muhammad SAW. Bagi Nabi Muhammad SAW merupakan hasil dari doa Nabi Ibrahim bapaknya. Kelahirannya sebagai kabar gembira dari Nabi Isa saudaranya, dan merupakan hasil mimpi dari Aminah ibunya. Aminah pernah bermimpi seakan-akan sebuah cahaya keluar darinya menyinari istana-istana Syam.

Dari suara ghaib ia mendengar:

“Engkau sedang mengandung pemimpin umat.”

Masyarakat di Mekkah selalu membicarakan, kedatangan Nabi yang ditunggu-tunggu sudah semakin dekat. Para pendeta Yahudi dan Nasrani, serta peramal-peramal Arab, selalu membicarakannya. Dan Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim (as) seperti disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 129.

“Ya Tuhan kami. Utuslah bagi mereka seorang Rasul dari kalangan mereka.”

Dan terwujudlah kabar gembira dari Nabi Isa (as), seperti tersebut dalam Surah Ash-Shaff ayat 6:

“Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad (Muhammad).”

Benar pulalah tentang ramalan mimpi Aminah tentang cahaya yang keluar dari dirinya serta menerangi istana-istana Syam itu.

SEBAB PERKAWINAN SAYYIDAH

Para sejarawan dan ahli hadits telah meninggalkan kisah berharga tentang sebab musabab perkawinan Sayyidah Aminah dan Sayyid Abdullah. Ini telah membuktikan bahwa keluarga Abdul Muthalib tidak akan mengawinkan anaknya kecuali berdasarkan kemuliaan.

Ibnu Saad, Thabrani, dan Abu Naim meriwayatkan bahwa Abdul Muthalib bercerita:

"Suatu saat kami sampai di negara Yaman saat perjalanan musim dingin, kami bertemu dengan seorang penganut kitab Zabur (Pendeta Yahudi) dia bertanya: "Kamu dari kabilah mana? Aku menjawab: "Dari Quraisy". Dari Quraisy mana? Kujawab: Bani Hasyim! Kemudian Pendeta itu berkata: Bolehkah aku melihat salah satu anggota tubuhmu? Boleh saja asal bukan aurat?. Kemudian Pendeta itu melihat kedua tanganku dan berkata: "Aku bersaksi bahwa di salah satu tanganmu terdapat Malaikat dan tangan yang satunya terdapat Kenabian, dan aku melihat hal ini pada Bani Zuhrah, bagaimana semua ini bisa terjadi? Aku menjawab: Tidak tahu?. Kemudian dia bertanya lagi: Apakah kamu mempunyai syaah? Apakah syaah itu? Tanyaku. “Istri!” Jawabnya. Kalau sekarang aku tidak beristri?” Ujar Abdul Muthalib. Kemudian Pendeta itu berkata: "Kalau engkau pulang kawinlah dengan salah satu wanita dari mereka?” Setelah pulang ke Mekkah Abdul Muthalib kawin dengan Hallah binti Uhaib bin Abdul Manaf. Dan mengawinkan anaknya Abdullah dengan Aminah binti Wahab. Setelah itu orang-orang Quraisy berkata: "Abdullah lebih beruntung dari Ayahnya?”

Baihaqi dan Abu Nuaim meriwayatkan dari Ibn Syihab, bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib adalah lelaki yang tampan. Suatu saat dia keluar ke tempat wanita-wanita Quraisy, salah satu dari mereka berkata:

"Apakah di antara kalian ada yang mau kawin dengan pemuda ini? sehingga nanti kejatuhan cahaya, karena aku melihat cahaya di antara kedua belah matanya?

Zubair bin Bakar meriwayatkan, bahwa seorang paranormal wanita yang bernama Saudah binti Zuhrah bin Kilab berkata pada orang-orang Bani Zuhrah:

"Sesungguhnya di antara kalian terdapat seorang gadis yang akan melahirkan seorang Nabi, maka perlihatkanlah gadis-gadis kalian kepadaku". Kemudian para gadis Bani Zuhrah diperlihatkan satu per satu, hingga pada giliran Aminah. Di saat dia melihat Aminah, dia berkata: "Inilah wanita yang akan melahirkan seorang Nabi.”

Demikianlah keadaan gadis Bani Zuhrah ini, dia hanya berada di dalam rumahnya, bergaul dengan keluarga dekatnya. Karena dia hanya merasakan ketentraman dan kedamaian dengan rasa malu dan sifat iffah yang dimilikinya.

Akhirnya timbul dalam ingatan Abdul Muthalib kejadian-kejadian yang dialami saat pergi ke Yaman tentang Bani Zuhrah. Maka timbullah niat mulianya. Maka dia bersama anaknya Abdullah bergegas menuju rumah keluarga Bani Zuhrah untuk menjalin kekeluargaan. Bagi keluarga Bani Zuhrah tidak ada alasan untuk menolak keinginan Abdul Muthalib, bahkan hal ini merupakan kehormatan baginya. Bani Zuhrah pun menerima lamaran Abdul Muthalib untuk menikahkan anaknya Abdullah dengan Aminah binti Wahab dan dia sendiri pun kawin dengan saudara sepupu Aminah yaitu Hajjaj binti Uhaib.

RUMAH BARU

Maka dapat dibayangkan betapa bahagianya penduduk Quraisy menyaksikan perkawinan indah dari dua keluarga mulia itu. Terutama kedua mempelai, terpancar dari keduanya wajah yang berseri-seri. Harapan masa depan cerah menyinari perasaan keduanya. Setelah dilangsungkan pesta pernikahan, Abdullah tinggal di rumah Aminah selama tiga hari sebagaimana kebiasaan orang Arab waktu itu. Kemudian dia pulang ke rumahnya untuk menyambut kedatangan sekuntum mawar dari Bani Zuhrah yang akan dibawa oleh keluarganya untuk menempati rumah barunya.

Rumah baru itu adalah rumah kecil dan sederhana yang disiapkan oleh Abdul Muthalib untuk anak kesayangannya. Para sejarawan menyebutkan bahwa rumah itu mempunyai satu kamar dan serambi yang panjangnya sekitar 12 m serta lebar 6 m yang di dinding sebelah kanan terdapat kayu yang disediakan sebagai tempat duduk mempelai.

Aminah melangkah menatap rumahnya dengan tatapan perpisahan namun hatinya bahagia diliputi harapan kehidupan baru. Kemudian dia berangkat bersama orang-orang yang mengantarnya, dengan mengenakan gaun pengantin Aminah dan rombongan disambut oleh keluarga Abdullah. Pengantar lelaki masuk dan berkumpul di serambi sedangkan pengantar wanita memasuki ruangan pengantin. Pesta meriah dan sederhana pun dilaksanakan. Setelah walimah ala kadarnya para pengantar dan penyambut membubarkan diri, maka tinggallah dua mempelai yang dipenuhi rasa damai dan bahagia dengan dipenuhi seribu harapan di masa depan.

KEHAMILAN

Tidak lama dari masa perkawinannya yang indah, Aminah mendapatkan berita gembira kehamilan dirinya yang berbeda dengan wanita pada umumnya. Dia dapatkan berita itu melalui mimpi-mimpi yang menakjubkan, bahwa dia telah mengandung makhluk yang paling mulia. Mimpinya itu, seolah-olah ia melihat sinar yang terang-benderang mengelilingi dirinya. Ia juga seolah-olah melihat istana-istana di Bashrah dan Syam. Seolah-olah dia juga mendengar suara yang ditujukan kepadanya: “Engkau telah hamil dan akan melahirkan seorang manusia termulia di kalangan umat ini!”

Dalam satu riwayat yang diriwayatkan oleh Ibn Saad dan Baihaqi dari Ibn Ishak, dia berkata:
“Aku mendengar bahwa di saat Aminah hamil, ia berkata: Aku tidak merasa bahwa aku hamil dan aku tidak merasa berat sebagaimana dirasakan oleh wanita hamil lainnya, hanya saja aku tidak merasa haid dan ada seseorang yang datang kepadaku. Apakah engkau merasa hamil? Aku menjawab: Tidak tahu. Kemudian orang itu berkata: Sesungguhnya engkau telah mengandung seorang pemuka dan Nabi dari umat ini, dan hal itu pada hari Senin, dan tandanya Dia akan keluar bersama cahaya yang memenuhi istana Basrah di negeri Syam, apabila sudah lahir berilah nama Muhammad? Aminah berkata: “Itulah yang membuatku yakin kalau aku telah hamil. Kemudian aku tidak menghiraukannya lagi hingga di saat masa melahirkan dekat, dia datang lagi dan mengatakan kata-kata yang pernah aku utarakan? Aku memohon perlindungan untuknya kepada Dzat yang Maha Esa dari kejelekan orang yang dengki?”
“Kemudian aku menceritakan semua itu kepada para wanita keluargaku, mereka berkata: Gantunglah besi di lengan dan lehermu? Kemudian aku mengerjakan perintah mereka, tidak lama besi itu putus dan setelah itu aku tidak memakainya lagi.”

PERPISAHAN

Belum lama sepasang suami istri itu melalui hari-hari bahagianya dengan segala duka-cita, rasa cinta semakin menyatu, kini keduanya harus rela untuk berpisah. Pasalnya, Abdul Muthalib telah menyiapkan sebuah kafilah yang harus dipimpin oleh anaknya yang baru kemarin merasakan manisnya kebahagiaan bersama istri untuk berniaga ke negeri Syam.

Tak ada alasan bagi pemuda seperti Abdullah untuk menolak perintah sang ayah yang sangat menyayanginya, meski hatinya tidak rela meninggalkan Aminah yang sedang hamil muda, terlebih lagi masa-masa itu adalah masa bulan madu bagi keduanya. Kegembiraan yang baru saja meluap dengan kehamilan istrinya, kini serta merta menjadi kesedihan yang cukup dalam karena ia harus segera bergabung dengan kafilah Quraisy untuk melakukan perdagangan ke Gaza dan Syam. Entah kenapa kali ini ia merasa amat berat meninggalkan rumah. Biasanya ia berangkat berdagang dengan semangat yang tinggi. Kali ini sepertinya ia telah mempunyai firasat, pergi bukan untuk kembali. Namun pergi untuk selama-lamanya dari pangkuan istrinya yang tercinta. Namun kegalauan hatinya tidak disampaikannya kepada Aminah. Ia takut kegalaluan hatinya akan merisaukan hati Aminah, sehingga akan mengganggu janin dalam kandungannya.

Detik-detik perpisahan pun tiba. Beberapa penduduk Quraisy telah bersiap-siap untuk berangkat. Masing-masing dari mereka sibuk mengurusi barang dagangan yang akan dibawa. Bani Hasyim juga tak ketinggalan mempersiapkan segala keperluannya, namun di balik itu dua insan yang telah bersatu dalam kedamaian harus berpisah setelah mereguk madu kebahagiaan.

Semerbak wangi parfum pengantin masih tercium di rumahnya, jari-jemari tangan Aminah pun masih terlihat kemerah-merahan lantaran ukiran pacar masih ada di tangannya. Tak ada yang tahu apa yang dilakukan dan dibicarakan keduanya, dalam detik-detik itu, tapi yang jelas keduanya harus rela merasakan pedihnya perpisahan setelah keindahan menyentuh sanubari mereka.

Akhirnya Abdullah tetap pergi meski dengan hati yang tertambat di rumah. Hatinya begitu sedih, hingga tak terasa air matanya keluar membasahi pipi. Air mata perpisahan.

Sungguh ... Allah saja yang mengetahui, apakah suami istri itu akan berjumpa lagi atau tidak. Hanya saja mereka berdua merasakan bahwa saat itu hati keduanya sama-sama tidak menentu. Abdullah dengan langkah gontai tapi pasti keluar dari rumah sederhananya yang diikuti Aminah. Di depan rumahnya Abdullah meninggalkan Aminah yang melepasnya dengan penuh harap, beberapa kalimat diucapkan untuk menenangkan hati di antara keduanya. Padahal di balik itu keduanya tidak menyadari kalau itu adalah pertemuan terakhir.

Setelah Abdullah keluar dan bergabung dengan rombongannya tinggallah Aminah bersama dua orang wanita Bani Hasyim dan Bani Zuhrah yang rela menemaninya selama Abdullah belum pulang. Keduanya memandang Aminah dengan pandangan iba, lantaran harus merasakan kesendirian, padahal keduanya tidak tahu masa depan Aminah.

KISAH KEPERGIAN ABDULLAH telah ditulis oleh para sejarawan.

Ibnu Saad menceritakan:

Abdullah bersama rombongan orang-orang Quraisy berangkat ke Syam untuk berniaga. Setelah selesai berniaga mereka pulang melewati kota Madinah dan waktu itu Abdullah sakit, kemudian Abdullah meminta agar meninggalkannya bersama kerabatnya dari Bani Najjar selama satu bulan. Setelah rombongan sampai di Mekkah Abdul Muthalib menanyakan keadaan Abdullah pada mereka.

Mereka menjawab:

Kami meninggalkannya bersama kerabat-kerabat Bani Najjar di Madinah karena dia sakit.
Setelah itu Abdul Muthalib mengutus anak tertuanya Al-Harits untuk menjemputnya, setelah sampai di sana Abdullah sudah dikubur. Mengetahui semua itu Abdul Muthalib dan seluruh keluarganya mengalami kesedihan yang luar biasa. Bukan hanya kesedihan karena kehilangan Abdullah yang mereka sayangi, namun lebih dari itu Abdullah telah meninggalkan kesedihan dalam jiwa seorang wanita Bani Zuhrah yang saat itu sedang hamil tua.

Tidak dapat dibayangkan! Aminah, sebagai seorang istri yang baru merasakan kasih sayang seorang suami dan menunggu kelahiran buah hati pertamanya. Aminah sangat sedih dan merana dengan perpisahan yang tidak bisa diharapkan lagi pertemuannya. Penantian dan kerinduan yang selama ini ia pendam ternyata tidak tertumpahkan. Belum lama ia mengecap kebahagiaan bersama suami yang dicintainya, kini ia telah ditinggalkan untuk selama-lamanya. Tidak dapat diungkapkan bagaimana kesedihan Aminah, seperti sejarah pun tidak sanggup mencatat kepiluannya kecuali dengan apa yang diungkapkan Aminah berupa bait-bait kesedihan.

MIMPI DI WAKTU HAMIL

Imam Ibnu Katsir meriwayatkan dalam kitabnya, Qishashul Anbiyya, bahwa ketika Aminah mengandung Rasulullah SAW, sama sekali ia tidak merasa kesulitan maupun kepayahan sebagaimana wanita umumnya yang mengandung. Ia juga menyatakan bahwa selama mengandung Rasulullah SAW, dalam mimpinya ia senantiasa didatangi para Nabi-nabi terdahulu, dari sejak bulan pertama, yaitu bulan Rajab hingga kelahirannya di bulan Rabi’ul Awwal.

Bulan ke-1 didatangi oleh Nabi Adam (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi pemimpin agama yang besar.
Bulan ke-2 didatangi Nabi Idris (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan mendapat derajat paling tinggi di sisi Allah.
Bulan ke-3 didatangi Nabi Nuh (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat.
Bulan ke-4 didatangi Nabi Ibrahim (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh pangkat dan derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-5 didatangi Nabi Ismail (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki kehebatan dan mu’jizat yang besar.
Bulan ke-6 didatangi Nabi Musa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memperoleh derajat yang besar di sisi Allah.
Bulan ke-7 didatangi Nabi Daud (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan memiliki Syafaat dan Telaga Kautsar.
Bulan ke-8 didatangi Nabi Sulaiman (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan menjadi penutup para Nabi dan Rasul.
Bulan ke-9 didatangi Nabi Isa (as) yang berkata kepadanya bahwa anak yang dikandungnya itu akan membawa Al-Qur’an yang diridhai.

Semua Nabi-nabi yang hadir di mimpi Aminah itu sama-sama berpesan kepadanya bahwa jika telah lahir, namai anak itu dengan nama Muhammad yang artinya Terpuji, karena anak itu akan menjadi makhluk yang paling terpuji di dunia dan akhirat. Firasat mengenai penamaan Muhammad itu pun terbersit di hati mertuanya, Abdul Muthalib, sehingga ketika Rasulullah SAW lahir, Abdul Muthalib memberinya nama Muhammad. Ketika masyarakat Mekkah bertanya mengapa ia dinamai Muhammad, bukan nama para leluhur-leluhurnya, maka Abdul Muthalib menjawab: “Aku berharap ia akan menjadi orang yang terpuji di dunia dan akhirat.”

MALAM YANG SANGAT DINANTIKAN ALAM

Hingga pada detik detik kelahiran Sucinya, Sayyidah Aminah tidak pernah merasa letih atau pun kepayahan. Malam yang menggembirakan bagi semesta telah tiba, inilah malam lahirnya sang Nabi Suci Paripurna yang kedatangannya dinantikan seluruh mahluk.

Dalam kesendirian mendekati saat kelahiran, Allah SWT mengutus 4 orang wanita Agung yang membantu persalinan Nabi Suci SAW. Mereka Adalah Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Ibunda Nabi Isa (as), Maryam. Kelak ke-4 wanita agung ini yang akan pula menemani Sayyidah Khadijah Al-Kubr At-Thahirah dalam prosesi kelahiran Az-Zahra A-Mardhiyah Ummu Aimmah (as).

Siti Hawa berkata kepada Sayyidah Aminah:

“... Sungguh beruntung engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Al-Musthafa SAW. Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini Hawa, ibunda seluruh umat manusia, Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu..”

Selang tak lama kemudian hadirlah Siti Sarah istri Nabi Ibrahim (as). Beliau berkata:

“... Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung SAW, seorang Nabi Agung yang dianugerahi kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya. Nabi Agung yang ilmunya sebagai sumber ilmunya para Nabi dan para kekasih-Nya. Nabi Agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Sarah istri Nabiyullah Ibrahim (as), aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.”

Wanita ketiga pun hadir dalam harum semerbak seraya berkata:

“... Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung SAW, kekasih Allah yang paling agung dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari Allah SWT dan dari seluruh mahluk-Nya. Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah SWTuntuk menemanimu..”

Dan Wanita keempat pun hadir dengan tampilan kecantikan luar biasa serta berwibawa. Dia adalah Siti Maryam, ibunda Nabi Isa (as), ia berkata kepada Sayyidah Aminah:

“... Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung SAW yang dianugerahi Allah SWT mu’jizat yang sangat agung dan sangat luar biasa. Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk shalawat Allah SWT dan salam sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam ibunda Isa (as). Kami semua ditugaskan Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Nabi Suci Al-Musthafa SAW.”

Allah SWT berfirman kepada Malaikat Jibril Al-Amin:

”Wahai Jibril… Serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, Rasul dan para Wali agar berbaris rapi menyambut kehadiran kekasih-Ku Al-Musthafa SAW. Wahai Jibril, Bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat Al-Qurab dan Al-Wishal kepada kekasih-Ku yang memiliki maqam luhur di sisi-Ku. Wahai Jibril, perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Wahai Jibril, perintahkanlah kepada Ridwan agar membuka seluruh pintu surga.. Wahai Jibril pakailah olehmu Haullah Ar-Ridwan (Pakaian agung yang meliputi keagungan Allah SWT) demi menyambut kekasih-Ku Muhammad SAW. Hai Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat Muqarrabin, Karubbiyyin, Para Malaikat yang selalu mengelilingi Arsy-Ku demi menyambut kedatangan kekasih-Ku SAW. Wahai Jibril, kumandangkanlah seruan ke penjuru langit hingga lapis ketujuh dan ke segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakanlah kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya sekarang adalah saatnya kedatangan Nabi Akhir Zaman, Muhammad Al-Musthafa SAW.”

Perintah Allah SWT ini segera di laksanakan Malaikat Mulia Al-Amin hingga di semesta terliputi pedaran cahaya Agung kemilauan dari sayap-sayap mereka. Persaksian tidak kalah hebat dialami Ummu Agung Sayyidah Aminah binti Wahab yang dengan izin Allah SWT beliau diperkenankan melihat seluruh penjuru bumi, dari mulai Syria hingga Palestina.

Seorang Ulama dalam kitab Maulid Ad-Diba’i, Syeikh Abdurahman Ad-Diba’i hal. 192-193 meredaksikan:

“Sesungguhnya saat malam kelahiran Nabi Suci Muhammad SAW, Arsy seketika bergetar hebat nan luar biasa meluapkan kebahagiaan dan kegembiraannya, Kursi Allah bertambah kewibawaan dan keagungannya dan seluruh langit dipenuhi cahaya bersinar terang dan para malaikat seluruhnya bergemuruh mengucapkan pujian kepada Allah SWT.”
PARA MALAIKAT BERTAHLIL

Hari-hari Aminah lalui dengan kesedihan dan kesendirian. Hanyalah Munajat kepada sang Pencipta yang dia ucapkan dari bibir dan hatinya. Begitulah Aminah mengisi hari-hari menunggu kelahiran anaknya, tanpa kasih sayang seorang ayah. Entah berapa tetes Air mata yang mengalir di wajah suci Aminah ketika dia mengingat calon bayinya tersebut.

Takdir Allah memang tidak bisa ditolak, ketentuannya tak bisa digugat, Maha Besar Allah dengan kehendak dan kekuasaannya yang menghendaki Manusia mulia dan suci keluar dari rahim Aminah. Detik-detik kelahiran anak Aminah ini sangat istimewa. Betapa tidak!! Di malam itu Aminah didatangi wanita-wanita suci penghuni surga seperti Maryam dan Asyiah, dengan didampingi ribuan bidadari yang mengabarkan kepadanya, bahwa sebentar lagi akan keluar dari rahim sucinya seorang bayi mungil yang lucu nan suci, pemuka dari para Nabi dan kekasih Tuhan alam semesta.

Para Malaikat bertahlil dan bertasbih menyaksikan cahaya indah yang akan lahir di malam itu, maka lahirlah Rasulullah SAW dari rahim Aminah. Tak perlu diungkapkan bagaimana proses keagungan kelahiran Rasulullah secara mendetail.

Sebab para sejarawan telah menulis dengan panjang lebar kejadian ini. Yang jelas Aminah sangat merasa bahagia dengan kelahiran anaknya ini, kepiluan, kesedihan, kesendirian dan kesepian kini telah sirna, yang ada hanyalah kebahagian dan kedamaian yang mengisi hari-hari Aminah setelah kelahiran anaknya.

Kelahiran Rasulullah SAW bak setetes embun pagi yang menetes di sanubari Aminah. Bahkan bukan bagi Aminah saja namun bagi penghuni alam semesta. Betapa banyak makhluk Allah yang berharap merawat dan menatap wajahnya, para Malaikat dan bahkan hewan-hewanpun berebut untuk merawatnya. Namun takdir Allah menentukan hanyalah Aminah yang mendapat kemuliaan tersebut.

MUNCUL KEANEHAN SAAT SAYYIDAH AMINAH MELAHIRKAN

Berbagai keanehan terjadi mengiringi kelahiran Rasulullah SAW. Di antara keanehan yang bersifat ghaib adalah: Tertutupnya pintu langit untuk para jin dan iblis. Sebelum Aminah melahirkan, jin dan iblis bebas naik turun ke langit, untuk mencuri pembicaraan malaikat. Namun sejak lahirnya manusia paling sempurna di dunia ini, pintu langit tertutup untuk syaitan yang terkutuk.

Ada juga sebagian riwayat yang mengemukakan bahwa Aminah melahirkan bayinya sudah dalam keadaan dikhitan. Sedangkan Aminah sama sekali tidak mendapatkan nifas, setelah melahirkan. Keanehan lain juga sempat disaksikan oleh Aminah sendiri.

Kata Aminah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad:

“Setelah bayiku keluar, aku melihat cahaya yang keluar dari kemaluannya, menyinari istana-istana di Syam!” Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Irbadh bin Sariyah yang isinya serupa dengan perkataan tersebut.

Beberapa bukti kerasulan, bertepatan dengan kelahiran beliau, yaitu runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra dan padamnya api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar istana Buhairah. Setelah itu, gereja-gereja tersebut amblas ke tanah. Demikian diriwayatkan dari Al-Baihaqi.

Setelah melahirkannya, dia menyuruh orang untuk memberitahukan kepada mertuanya tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muthalib dengan perasaan sukacita kemudian menggendong cucunya yang baru lahir dan membawanya ke Ka’bah seraya bersyukur dan berdoa kepada-Nya. Ia memilihkan nama Muhammad bagi cucunya. Nama yang sama sekali belum dikenal di kalangan Arab.

WAFATNYA


Menurut adat Arab, setiap tahun Aminah pergi menziarahi ke pusara suaminya dekat kota Madinah itu. Setelah Rasulullah SAW dikembalikan oleh Halimah, tidak berapa lama kemudian, pergilah Aminah berziarah ke pusara suaminya itu bersama dengan anaknya (Muhammad SAW) yang masih dalam pangkuan, juga dengan budak pusaka ayahnya, seorang perempuan bernama Ummu Aiman.

Tetapi di dalam perjalanan pulang, Aminah ditimpa demam, lalu dia menemui ajalnya. Dia meninggal dan jenazahnya dikuburkan di Al-Abwa', suatu dusun di antara kota Madinah dengan Mekkah. Muhammad kecil lalu dibawa dalam gendongan Ummu Aiman balik ke Mekkah.

Kemudian Muhammad kecil diserahkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib, yang merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Berkata Ibnu Ishak:

"Maka adalah Rasulullah SAW itu hidup di dalam asuhan kakeknya Abdul Muthalib bin Hasyim. Kakeknya itu mempunyai suatu hamparan tempat duduk di bawah lindungan Ka'bah. Anak-anaknya semuanya duduk di sekeliling hamparan itu. Kalau dia belum datang, tidak ada seorang pun anak- anaknya yang berani duduk dekat, lantaran amat hormat kepada orang tua itu. Maka datanglah Rasulullah SAW, ketika itu dia masih kanak-kanak, dia duduk saja di atas hamparan itu. Maka datang pulalah anak-anak kakeknya itu hendak mengambil tangannya menyuruhnya mundur. Demi terlihat oleh Abdul Muthalib, dia pun berkata: "Biarkan saja cucuku ini berbuat sekehendaknya. Demi Allah sesungguhnya dia kelak akan mempunyai kedudukan penting.' Lalu anak itu didudukkannya di dekatnya, dibarut-barutnya punggungnya dengan tangannya, disenangkannya hati anak itu dan dibiarkannya apa yang diperbuatnya."


Saat menjelang wafatnya, Aminah berkata:

“Setiap yang hidup pasti mati, dan setiap yang baru pasti usang. Setiap orang yang tua akan binasa. Aku pun akan wafat tapi sebutanku akan kekal. Aku telah meninggalkan kebaikan dan melahirkan seorang bayi yang suci.”

Diriwayatkan oleh Aisyah (ra) dengan katanya:

“Rasulullah SAW memimpin kami dalam melaksanakan haji wada’. Kemudian baginda mendekat kubur ibunya sambil menangis sedih. Maka aku pun ikut menangis karena tangisnya.”

Betapa harumnya nama Sayyidah Aminah, dan betapa kekal namanya nan abadi. Seorang ibu yang luhur dan agung, sebagai ibu Baginda Muhammad SAW manusia paling utama di dunia, paling sempurna di antara para Nabi, dan sebagai Rasul yang mulia. Bunda Aminah binti Wahab adalah ibu kandung Rasul yang mulia. Semoga Allah memberkahinya.

Mari kita kenali Nabi kita sampai ke ibu dan bapaknya. Yang tak kenal sulit untuk mencintainya.

HADIST-HADIST TENTANG KEMULIAAN 10 HARI PERTAMA DI BULAN DZULHIJJAH

Assalamu’alaikum wr wb

Sahabat yang dirahmati Allah, marilah sejenak kita kembali merenungi diri, berbicara kepada hati kita masing-masing, tentang amal-amal yang telah kita kerjakan, tentang dosa yang telah kita perbuat, tentang hidup yang telah kita jalani, 20, 30, 40 tahun atau bahkan lebih, dan tentang usia kita yang entah tersisa berapa lama lagi.

"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini. (QS Al Fajr: 23-24)

Semoga kita senantiasa dijaga untuk selalu menjalankan perintahNya semampu yang kita bisa kerjakan dan menjauhi laranganNya seluruhnya.

Sahabat yang disayangi Allah, kini kita memasuki bulan Dzulhijjah. Hari-hari di bulan ini mengandung banyak sekali keutamaan yang sayang sekali jika kita biarkan berlalu begitu saja, diantaranya pada sepuluh hari pertama:

“Tidaklah ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah).” Para sahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?” Rasulullah saw berkata: “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR. Al-Bukhari)

Dalam hadist lain disebutkan :

Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari pertama ini. Maka pada harihari itu perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid”  (HR. Ath Thabrany dalam kitab Al Mu’jam Al Kabir)

Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari mengatakan sebab yang tampak  dari keistimewaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah karena pada  waktu tersebut berkumpul induk ibadah-ibadah yang agung. Yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji. Yang mana hal ini tidak diperoleh dalam bulan-bulan yang lain.

Sahabat dan keluarga pengajian yang insyaAllah senantiasa dimuliakan oleh Allah. Pada bulan Dzulhijjah, insyaAllah kita juga akan bertemu dengan hari Arafah, yakni satu hari dimana Allah banyak memerdekakan hambaNya dari api neraka, seperti yang dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah berikut:

"Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (yaitu untuk orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)

Dalam hadist yang lain disebutkan tentang keutamaan hari Arafah:

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”  (HR. Tirmidzi)

Pada hari ke sembilan bulan Dzulhijjah ini, kita juga disunnahkan untuk melaksanakan puasa sebagaimana hadist berikut:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah, hari ‘Asyura dan tiga hari pada tiap bulan” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i)

Sedangkan keutamaan puasa Arafah ini adalah:

“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim )

Hadist-hadist di atas semoga cukup memberikan semangat bagi kita untuk berlomba dengan sungguh-sungguh dalam mendapatkan keutamaan-keutamaan di bulan Dzulhijjah. Semoga Allah menjaga dan menggerakkan serta merahmati hati-hati kita untuk senantiasa berada di jalan yang diridhaiNya. Aamiin,…

Senin, 08 Oktober 2012

CERITA NYATA DI KAMAR MAYAT

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim..

Kisah ini diceritakan oleh seorang ustadz yang bertugas memandikan mayat orang Islam di sebuah Rumah Sakit. Semoga dapat kita ambil ikhtiar dan tauladan.

Lebih kurang jam 03.30 pagi, saya menerima panggilan dari rumah sakit untuk mengurus jenazah lelaki yang sudah seminggu tidak dimandikan. Di luar kamar mayat itu cukup dingin dan gelap serta sunyi dan hening.

Hanya saya dan seorang penjaga ruangan tersebut yang berada dalam kamar mayat tsb. Saya membuka dengan hati-hati penutup muka jenazah. Kulitnya putih, badannya kecil dan berusia sekitar 20thn-an. Allah Maha Berkuasa.

Tiba-tiba saya lihat muka jenazah itu sedikit demi sedikit berubah menjadi hitam. Mulanya saya tidak menganggap ia sesuatu yg aneh, namun semakin lama berubah semakin hitam, hati saya mula bertanya-tanya. Saya terus menatap perubahan itu dengan seksama, sambil di hati tidak berhenti-henti membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Detik demi detik berlalu, wajah jenazah semakin hitam.

Selepas lima menit berlalu, barulah ia berhenti bertukar warna, wajah mayat tsb tidak lagi putih seperti warna asalnya, tetapi hitam seperti terbakar. Saya keluar dari kamar mayat tsb dan duduk termenung memikirkan kejadian aneh tadi. Berbagai pertanyaan timbul di kepala saya; apakah yang sebenarnya telah terjadi? Siapakah pemuda itu? Mengapa wajahnya berubah menjadi warna hitam? Persoalan demi persoalan muncul di fikiran saya.

Ketika saya termenung tiba-tiba saya melihat ada seorang wanita berjalan menuju ke arah saya. Satu lagi pertanyaan timbul, siapa pula wanita ini yang berjalan seorang diri di kamar mayat pada pukul 04.00 pagi. Semakin lama dia semakin dekat dan tidak lama kemudian berdiri di hadapan saya. Dia berusia 60thn-an dan memakai baju kurung.” Ustadz,” kata wanita itu. “Saya dengar anak saya meninggal dunia dan sudah seminggu mayatnya tidak diurus. Jadi saya mau melihat jenazahnya.” kata wanita bertutur dengan lembut.

Walaupun hati saya ada sedikit tanda tanya, namun saya membawa juga wanita itu ke tempat jenazah tersebut. Saya tarik laci nomor 313 dan membuka kain penutup wajahnya. “Betulkah ini mayat anak Bunda?”tanya saya. “Bunda rasa betul… tapi kulitnya putih.” “Bunda lihatlah betul-betul.” kata saya. Setelah ditelitinya jenazah tsb, wanita itu begitu yakin bahwa mayat itu adalah anaknya. Saya tutup kembali kain penutup mayat dan mendorong kembali lacinya ke dalam dan membawa wanita itu keluar dari kamar mayat.

Tiba di luar saya bertanya kepadanya. “Bunda, ceritakanlah kepada saya apa sebenarnya yang terjadi sampai wajah anak bunda berubah menjadi hitam?” tanya saya. Wanita itu tidak mau menjawab sebaliknya menangis terisak-isak. Saya ulangi pertanyaan tetapi ia masih enggan menjawab. Dia seperti menyembunyikan sesuatu.”Baiklah, kalau bunda tidak mau memberitahu, saya tidak mau mengurus jenazah anak Bunda ini. ” kata saya untuk menggertaknya. Dgn nada gertakan demikian, barulah wanita itu membuka mulutnya. Sambil mengusap airmata, dia berkata, “Ustadz, anak saya ini memang baik, patuh dan taat kepada saya. Jika dibangunkan di waktu malam atau pagi supaya utk sesuatu pekerjaan, dia akan bangun dan mengerjakannya tanpa membantah sepatahpun. Dia memang anak yang baik. Tapi…” tambah wanita itu lagi “apabila Bunda kejutkan dia untuk bangun shalat, Subuh misalnya, dia mengamuk marah2 sama bunda. membangunkan dia, disuruh pergi ke kios, dalam hujan lebat pun dia akan pergi, tapi kalau dibangungunkan supaya shalat, anak Bunda ini akan terus marah marah. Itulah yang Bunda sesalkan.” kata wanita tersebut. Jawabannya itu mengagetkan saya.

Teringat saya kepada Hadist Nabi bahwa barang siapa yang tidak shalat, maka akan ditarik cahaya iman dari wajahnya. Mungkin itulah yang berlaku. Wajah pemuda itu bukan saja ditarik cahaya keimanannya, malah diaibkan dengan warna yang hitam. Setelah menceritakan perangai anaknya, wanita tersebut meminta diri untuk pulang. Dia berjalan dengan tenang dan menghilang dikegelapan lorong rumah sakit. Kemudian saya pun memandikan, mengapankan dan menyembahyangkan mayat tersebut.

Selesai urusan itu, saya pulang ke rumah lagi. Saya harus pulang secepatnya, karena tugas keesokan harinya sebagai imam disalah satu Masjid. Selang dua tiga hari kemudian, entah kenapa hati saya begitu tergerak untuk menghubungi kerabat mayat pemuda tersebut. Melalui nomor telpon yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit, saya hubungi saudara dari mayat yang agak jauh pertalian persaudaraannya. Setelah memperkenalkan diri, saya berkata, “Bapak, kenapa bapak membiarkan orang tua itu datang ke rumah sakit seorang diri di pagi-pagi hari. Rasanya lebih pantas kalau bapak dan keluarga bapak yang datang sebab bapak tinggal tidak jauh dari kota ini.”

Pertanyaan saya itu menyebabkan dia terkejut, “Orang tua yg mana?” katanya. Saya ceritakan tentang wanita tersebut, tentang bentuk badannya, wajahnya, cara bicaranya serta pakaiannya. “Kalau wanita itu yang ustadz maksud, wanita itu adalah Bundanya, tapi…. Bundanya sudah meninggal dunia lima tahun lalu!” Saya terpaku, tidak tau apa yang hendak dikatakan lagi. Jadi ‘apakah’ yang datang menemui saya pagi itu? Hemm …Walau siapa pun wanita itu dalam arti kata sebenarnya, saya yakin ia adalah ‘SESUATU’ yang Allah turunkan untuk memberitahu kita apa yang sebenarnya telah terjadi hingga menyebabkan wajah mayat pemuda tsb berubah jadi hitam. Peristiwa tersebut telah terjadi lebih setahun lalu, tapi masih segar dalam ingatan saya.

Ia mengingatkan saya kepada sebuah Hadits Nabi, yang menyatakan bahwa jika seseorang itu meninggalkan shalat satu waktu dengan sengaja, dia akan ditempatkan di neraka selama 80,000 tahun. Bayangkanlah seksaan yang akan dilalui karena satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Kalau 80,000 tahun?

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci dan menjadikan qt orang yg berada dalam surganya,,,,  aamiin ...

Renungan Untuk Suami & Istri

Wahai sang suami…..
Apakah berat bagimu, untuk tersenyum dihadapan istrimu dikala dirimu masuk menemui istri tercinta, agar engkau meraih pahala Allah?

Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri seri tatkala dirimu melihat anak dan istrimu?

Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat engkau menghampiri
dirinya?

Apakah gerangan yang memberatkanmu untuk mengangkat sesuai nasi dan menyuapkannya di mulut sang istri agar engkau mendapat pahala?

Apakah susah, apabila engkau masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap: “Assalamu’alaikum Warah matullahi wabarokaatuh” agar engkau meraih 30 kebaikan?

Apakah gerangan yang membebanimu jika engkau menuturkan untaian kata kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa dan mengandung bohong yang dibolehkan?

Tanyalah kepada istrimu disaat engkau masuk rumah!!
Apakah memberatkanmu, jika engkau menuturkan kepada istrimu dikala masuk rumah : “Duhai istriku, semenjak kanda keluar dari sisimu dari pagi hingga sekarang, serasa bagaikan setahun.”

Sesungguhnya jika engkau benar benar mengharapkan pahala dari Allah walaupun engkau dalam keadaan letih dan lelah, dan engkau mendekati sang istri tercinta dan menggaulinya niscaya dirimu akan mendapatkan pahala dari Allah karena Rasulullah bersabda, “Dan didalam mempergauli istri kalian ada sedekah.”

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika engkau berdoa dan berkata, “Ya Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya,”

Sesungguhnya ucapan baik itu adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis dihadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan dengan istri menggugurkan dosa dosa. Berhubungan badan mendapatkan pahala.

Bagaimana anda memperlakukan istri anda?

Untuk ISTRI :

Wahai sang istri….

Apakah akan membahayakan dirimu, apabila engkau menemui suamimu dengan wajah yang berseri seri, dihiasi simpul senyum saat dia masuk rumah?
Apakah memberatkanmu apabila engkau menyapu debu dari wajahnya, kepala dan baju serta mengecup pipinya?

Apakah engkau merasa sulit, jika engkau menunggu sejenak disaat dia memasuki rumah dan tetap berdiri sampai dia duduk?

Mungkiankah akan meyulitkanmu, jikalau engkau berkata kepada suami: “Alhamdulillah atas keselamatan kanda, kami sangat merindukanmu wahai kekasihku…”

Wahai sang istri…

Berdandanlah untuk suamimu dan harapkanlah pahala dari Allah diwaktu engkau berdandan, karena Allah itu indah dan mencintai keindahan.
Pakailah parfum yang harum dan bermake-up lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka masam dan cemberut.

Janganlah engkau mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang bermaksud merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak bersedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara kepada laki laki lain dengan lemah lembut, sehingga menyebabkan orang yang dihatinya ada penyakit mendekatimu dan menduga hal hal yang jelek ada pada dirimu.

Selalulah dirimu dalam keadaan lapang dada, hati tentram dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Perbanyaklah membaca al quran terutama surat Al Baqarah, karena surat itu dapat mengusir setan.

Bangunkanlah suamimu untuk sholat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunah, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan janganlah engkau menghalanginya untuk menjalin hubungan silaturahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah istighfar untuk dirimu, suamimu serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akherat. Ketahuilah sesungguhnya Rabb mu Maha Mendengar doa. Allah berfirman, “Dan Rabb mu berkata, “Serulah aku niscaya aku penuhi doamu.” ( Al Ghafir 60)

TIPS MENJAGA KESUCIAN WANITA SEBELUM JODOH MENGHAMPIRI

Wanita itu memang indah … keindahannya mengundang kumbang-kumbang untuk menghampirinya .. Wanita itu lembut … kelembutannya mampu memantik
jiwa-jiwa lelaki yang sedang kehausan cinta dan kasih sayang ... Wanita itu cantik dan “putih”… putihnya itu membuat rentan terhadap debu-debu kotoran.

Oleh karena itu, coba simak beberapa tips berikut untuk menjaga wanita tetap suci.


PERTAMA, Menutup aurat dan menjaga pergaulan dengan para lelaki. Gunakan kerudung dan jilbab saat memasuki kehidupan umum di mana kaum lelaki banyak berkeliaran di sana.

KEDUA, Jangan pernah tergoda dengan keindahan pacaran sebelum nikah. Kebanyakan remaja wanita merasa sakau dan gelisah kalo gak punya pacar. Harga diri serasa jatuh kalo gak punya pacar… apalagi kalo sampe dikatain gak laku.

Nah, ini yang kadang membuat wanita rela obral diri dengan memasarkan dan menonjolkan segala keindahan yang mereka punya. Kontan aja, kumbang-kumbang nakal pada berdatangan. Walau terasa indah dan menyenangkan, hal ini bisa berakibat fatal dan mempercepat noda-noda mengotori kesucian wanita.

KETIGA, Jika hasrat telah membuncah, tak sanggup menahannya, cari “pacar” untuk menikah. So, cari “pacar” memang hanya untuk nikah, bukan untuk coba-coba. Jangan sampe mahkotamu hilang di masa coba-coba itu (pacaran).

KEEMPAT, Jangan pernah merasa yakin terhadap lelaki yang kamu cintai dan merasa bahwa ia adalah jodohmu. Kemudian, kamu rela menyerahkan semuanya demi lelaki pujaanmu. Jodoh adalah misteri, tidak ada jaminan bahwa ia jodohmu. Jagalah kesucianmu dan hanya akan kamu persembahkan buat suami tercinta.

KELIMA, Jangan serahkan dirimu walau sudah dipinang (tunangan) dengan seorang lelaki, sebelum kalian menikah. Karena, tak ada jaminan kalo orang yang udah meminang kita adalah jodoh. Walau bagaimana, lelaki tunangan itu bukan mahrom, pergaulan dengannya sama dengan lelaki asing lain.

Ada kisah nyata:
ketika seorang wanita menyerahkan mahkotanya (the virgin) kepada lelaki tunangannya. Namun, takdir berkata lain,
lelaki itu meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Kemudian, apakah mahkota yang sudah terlanjur terenggut itu bisa kembali? Tidak! Bahkan, ketika ia mencoba menjalin hubungan dengan pria lain, ia menjadi bahan hinaan dan bahkan diajak untuk berbuat mesum. Na’udzu billah ..
Semoga menjadi renungan buat qt semua,,,, 

MANTAN PELACUR YANG MENJADI AHLI SYURGA

Suatu ketika di suatu negeri, hiduplah seoarang wanita bernama Al-Malikah. Dia adalah wanita tunasusila keturunan Bani Israil. Al-Malikah dikenal di negerinya sebagai pelacur kelas atas. Bayaran ya
ng ia peroleh juga cukup tinggi.

Kecantikannya sangat terkenal sehingga banyak pemuda yang menyukainya. Tidak terkecuali seorang pemuda bernama Abid. Abid sebenarnya pemuda miskin yang taat ibadah. Namun kepopuleran paras cantik Al-Malikah di seantero negeri rupanya telah menggoda keimanan sang pemuda untuk mencoba menikmati kecantikan Al-Malikah.

Sayangnya untuk bisa bertemu Al-Malikah, Abid harus mengeluarkan biaya sebesar 100 dinar. Karena besarnya uang bayaran itu, Abid harus bekerja sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang. Dia ingin bertemu dengan 'pujaan' hatinya. Setelah uang terkumpul, datanglah Abid menemui Al-Malikah.

Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ketika Abid telah berada di hadapan Al-Malikah, tiba-tiba tubuhnya menjadi gemetar. Keringat bercucuran keluar dari sekujur tubuhnya. Yang terjadi, sang pemuda justru ingin lari dari tempat itu. Al-Malikah malah menjadi heran dengan tingkah Abid yang mendadak berubah.

Ketika Al-Malikah sudah berada di depannya, Abid justru teringat akan Rab-nya. "Aku takut kepada Allah, bagaimana aku mempertanggungjawabkan perbuatan maksiatku nanti," kata Abid.

Ucapan Abid yang spontan malah membuat Al-Malikah terkejut. Entah bagaimana, ucapan Abid seakan menjadi wasilah yang memberi kesadaran kepada Al-Malikah. Di luar dugaan, hati Al-Malikah tersentuh oleh ucapan Abid yang polos itu.

Abid pun lantas pergi menjauh meninggalkan Al-Malikah. Kakinya langsung berjalan seribu langkah. Namun tanpa diduga, belum jauh Abid meninggalkan tempat itu, Al-Malikah mengejar dan menghentikan langkah Abid. Al-Malikah mencegah Abid. Tapi bukan untuk memaksa Abid untuk berzina. Yang dilakukan Al-Malikah justru meminta Abid menikahinya. Perempuan itu tiba-tiba menangis di depan Abid, sambil memohon-mohon. Tentu saja kini giliran tingkah Al-Malikah yang membuat heran Abid.



Bahkan dengan nada mengancam, Al-Malikah tidak akan melepaskan langkah Abid sebelum pemuda itu benar-benar berjanji menikahinya. Namun usaha Al-Malikah sia-sia. Abid berhasil menjauh hingga menghilang dari pandangan Al-Malikah.

Keteguhan iman sang pemuda rupanya telah menawan hati Al-Malikah. Kata-kata keimanan yang keluar dari mulut Abid benar-benar telah membuka hati, mata dan pikiran sang wanita. Usai pertemuan yang awalnya untuk bertransaksi maksiat kepada Allah itu, Al-Malikah bertekad untuk memperbaiki diri dan segera keluar 'lembah hitam' pekerjaannya. Tujuannya tak lain, menyempurnakan benih iman yang mulai tumbuh karena disiram ucapan sang pemuda. Dia pun mencari sang pemuda hingga ke pelosok.

Bertahun-tahun Al-Malikah berjalan keluar masuk kampung hanya untuk mencari sosok pemuda teguh iman yang pernah ditemuinya itu. Namun usaha yang dilakukan Al-Malikah kandas. Abid mengetahui jika sang wanita pelacur mencari-cari dirinya. Karena ketakutannya kepada Allah, maka Abid selalu menghindar dan bersembunyi. Karena ketakutannya yang luar biasa kepada Tuhannya itu, hingga membuat Abid pingsan lalu meninggal.

Kabar meninggalnya Abid ini rupanya sampai juga ke telinga Al-Malikah. Tentu saja kabar itu membuat Al-Malikah syok dan bersedih. Usahanya untuk dapat bersuamikan lelaki saleh harus kandas, sementara benih iman di hatinya baru saja tumbuh.

Al-Malikah lalu bergegas ke rumah tempat disemayamkannya Abid untuk bertakziyah. Tekadnya sudah bulat, memperbaiki diri dan keimanannya. Karena tekadnya itu, Al-Malikah lalu berniat menikahi saudara Abid. Dalam pandangannya, jika ucapan dan perilaku Abid dapat mempengaruhi dirinya, apalagi terhadap saudaranya yang lebih dekat itu. Pastilah, menurut Al-Malikah, saudara Abid juga memiliki keteguhan iman yang tak kalah kokohnya dengan Abid.

Ternyata saudara Abid menerima permintaan dari sang wanita paras cantik ini. Keduanya pun menikah, meskipun sebenarnya Al-Malikah tahu jika baik Abid maupun saudaranya adalah pemuda miskin. Bagi Al-Malikah yang sudah bertekad kuat, hal itu bukan penghalang. Iman di hati yang telah disiram Abid kini menjadi kekayaannya yang baru. Karena kekayan iman baginya lebih besar dari sekadar kekayaan duniawi.

Al-Malikah lalu hidup berbahagia dengan lelaki saleh, saudara Abid. Dikabarkan, Al-Malikah menjadi salah satu perempuan bani Israil calon penghuni surga