Rabu, 15 Agustus 2012

Arti kemenangan sejati

Arti kemenangan sejati

Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah ashabul ukhdud kepada para sahabat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, nabi menceritakan sebuah kisah yang menjelaskan arti kemenangan sejati untuk Muslimin.

Suatu hari, seorang raja yang hidup jauh sebelum masa kenabian Muhammad datang, memiliki seorang tukang sihir tua. Raja tersebut mengikrarkan dirinya sebagai tuhan yang mampu menghidupkan, dan membunuh siapa saja yang dia kehendaki. Hal ini karena sang raja selalu ditemani oleh penyihirnya yang sudah tua.

Karena sudah tua, penyihir itu mengeluh kepada sang raja. Dia merasa umurnya sudah tidak lagi panjang, untuk itu dia meminta kepada raja untuk memberinya seorang pemuda yang akan mewarisi seluruh ilmu hitam miliknya.

Raja menyanggupi permintaan penyihirnya, segera dia memanggil seorang pemuda berbadan tegap di lingkungan istana. Kemudian raja memerintahkan kepada pemuda untuk menemui penyihir di rumahnya. Karena rumahnya jauh di luar istana, berangkatlah pemuda tersebut meninggalkan gerbang kerajaan.

Ketika dalam perjalanan, dia melihat sebuah perkumpulan yang dipimpin oleh seorang yang beriman kepada Allah SWT. Pemuda itu tertarik dengan aktivitas perkumpulan tersebut, sehingga dia memutuskan tinggal di situ untuk menyaksikan dan mendengarkan petuah yang diberikan oleh pemimpin perkumpulan.

Karena terpesona dengan mendengar ceramah pemimpin, akhirnya pemuda tersebut memutuskan masuk Islam dan menjadi bagian dari perkumpulan serta mempelajari ajaran Islam.

Setelah sekian lama berguru, pemuda tersebut pamit untuk melanjutkan perjalanan ke rumah penyihir. Sesampainya di rumah penyihir, si pemuda disiksa karena terlambat datang. Meski demikian, penyihir akhirnya menurunkan ilmu hitamnya kepada pemuda tersebut.

Kini pemuda tersebut memiliki dua ilmu yang saling bertolak belakang. Namun, apa yang dimiliki pemuda itu tidak membuatnya merasa tenang. Hatinya berkecamuk, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Setiap hari, dia harus dihadapkan kepada dua pilihan yang berbeda. Hingga pada suatu hari ketika dia berjalan, dilihatnya penduduk dengan wajah cemas berkumpul di salah satu sudut istana. Mereka tidak bisa melakukan aktivitas ke ladang karena ada seekor hewan melata yang menghalangi jalan.

"Hari ini saya akan mengetahui, apakah pelajaran dari rahib yang lebih dicintai Allah atau pelajaran dari tukang sihir," kata pemuda itu seperti terdapat dalam buku hakikat pertolongan dan kemenangan, tulisan Nashir bin Sulaiman Al-'umr.

Sambil mengambil batu, kemudian pemuda itu berkata kembali "Ya Allah, jika pelajaran dari rahib lebih engkau cintai dan engkau ridhai daripada pelajaran tukang sihir, bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang bisa melewati jalan ini," lanjutnya.

Kemudian pemuda tersebut melempar batu ke tubuh hewan melata sampai mati. Kini yakinlah pemuda itu akan kebenaran ajaran yang disampaikan oleh pemimpin.

Banyak warga yang menyaksikan kehebatan pemuda tersebut, mengabarkan ke sanak saudara dan teman-temannya di lingkungan kerajaan. Hingga akhirnya kehebatan pemuda itu sampai ke telinga raja.

Untuk menunjukkan kebenaran kabar kehebatan pemuda utusannya dahulu itu, raja berpikir untuk membuktikan sendiri. Tiba-tiba raja teringat kepada temannya yang tuna netra. kemudian raja menginformasikan kepada temannya yang buta, dan menyarankannya untuk berobat ke pemuda itu.

Sambil membawa harta yang berlimpah sebagai imbalan, orang tuna netra mendatangi pemuda untuk berobat. "Saya tidak bisa menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanya Allah 'azza wa jalla. Bila engkau beriman kepada-Nya, berdoalah kepada Allah, maka Dia pun akan menyembuhkanmu," kata pemuda itu setelah mengetahui maksud kedatangan orang buta.

Dalam hati orang buta itu mengatakan, tidak ada salahnya mencoba nasihat si pemuda itu. Kemudian dia menyatakan diri beriman, dan meminta kesembuhan kepada Allah, hingga akhirnya Allah mengabulkan doanya dengan menyembuhkan penyakit butanya.

Ketika kembali ke istana, raja amat bahagia sahabatnya bisa melihat normal kembali. Namun, ketika ditanya perihal proses penyembuhan matanya, tiba-tiba raja meradang.

"Bukan pemuda yang menyembuhkan, tetapi tuhanku dan tuhanmu, yaitu Allah," jawabnya.

Mendengar jawaban temannya itu, raja marah. Sang raja tidak sudi untuk dipersekutukan, hingga akhirnya temannya disiksa karena pengakuannya. Setiap hari dia menjalani siksaan yang menyakitkan, sampai pada akhirnya dia mengakui jika dia disembuhkan oleh pemuda tersebut.

Tanpa banyak menunggu, kemudian raja memerintahkan pengawalnya untuk membawa pemuda yang dahulu ditunjuknya menjadi penyihir. "Wahai anakku, aku telah mendengar bahwa sihirmu telah menyembuhkan kebutaan dan penyakit sopak, bahkan seluruh penyakit," kata raja mengawali pembicaraan.

Dengan senyum, pemuda tersebut menjelaskan apa yang dikatakan oleh tuannya itu salah. Pemuda itu menjelaskkan bahwa yang memberikan kesembuhan bukanlah dirinya atau ilmu sihir yang dimiliki, tetapi Allah SWT yang mampu menyembuhkan semua.

Bak siang hari tersambar petir, muka raja memerah. Dia tidak menyangka, pemuda yang dipercayai dan menjadi tangan kanannya itu membelot dengan tidak mengakuinya sebagai tuhan satu-satunya. Akhirnya pemuda itu dijebloskan dalam penjara, dengan siksaan seperti yang didera temannya raja. Hingga pemuda itu menceritakan semuanya, termasuk pemimpin perkumpulan yang mengajarkannya agama Islam.

Kemudian raja memanggil pemimpin perkumpulan itu, dan memintanya kembali menyembah kepada raja. Karena pemimpin menolak, raja seketika memenggal kepala pemimpin itu hingga putus. Peristiwa itu disaksikan oleh pemuda dan teman raja yang sudah sembuh dari penyakit buta.

Setelah memenggal, raja menghampiri temannya untuk mengajak kembali lagi menyembah raja. Namun jawaban sama keluar dari mulut temannya. Raja yang marah mendengar jawaban temannya, mengambil gergaji dan memotong lehernya hingga putus. Tinggallah pemuda yang masih berdiri menyaksikan dua saudara semuslimnya meninggal mempertahankan agama Allah.

Kali ini raja tidak langsung membunuhnya, dia memerintahkan kepada pengawalnya untuk membawa pemuda itu ke puncak gunung. "Bila kalian telah sampai di puncak gunung, lalu dia kembali dengan agamanya, maka bawalah kembali. Namun jika tidak, maka jatuhkanlah," pesan raja kepada para pengawalnya.

Berangkatlah rombongan itu ke puncak gunung. Namun di tengah perjalanan, si pemuda itu berdoa kepada Allah SWT memohon perlindungan hingga akhirnya tanah gunung bergeser dan menyebabkan seluruh prajurit berjatuhan. Hanya tinggal pemuda itu yang masih tersisa.

Kemudian dia kembali lagi ke kerajaan, dan menceritakan seluruh kisahnya kepada raja. Namun, hati sang raja tetap tertutup pada kebenaran. Dia justru memerintahkan kembali kepada pasukan lautnya untuk membawa pemuda itu ke tengah lautan, dan menenggelamkannya jika tetap pada pendiriannya.

Kejadian sama terulang kembali, karena pertolongan Allah SWT pemuda itu selamat dan kembali lagi menghadap rajanya. "Allah telah memeliharaku dari mereka. Sesungguhnya engkau tidak akan mampu membunuh aku, hingga engkau mau mengikuti apa yang aku perintahkan. Jika engkau mau menuruti apa yang aku perintahkan, engkau akan dapat membunuhku. Bila tidak, maka engkau tidak akan bisa membunuhku," kata pemuda itu kepada raja.

Raja yang penasaran dengan kehebatan pemuda itu, menuruti perintahnya. Kemudian raja mengumpulkan seluruh penduduknya di suatu bukit, dan si pemuda meminta untuk disalib pada sebuah pohon tinggi sehingga seluruh penduduk bisa melihat dirinya.

"Bidiklah jantungku dengan panah, tetapi sebelumnya, ucapkanlah 'dengan nama Allah SWT', niscaya engkau dapat membunuhku," ujar pemuda itu.

Kemudian raja menuruti perintah si pemuda, dan segera melepaskan anak panahnya. Bidikan raja itu tepat mengenai jantung pemuda. Kematian pemuda itu mencengangkan seluruh penduduk, mereka berteriak meyakini kebenaran tuhan pemuda itu. Hingga semua penduduk menyatakan diri memeluk Islam.

Melihat seluruh rakyatnya membelot dan menentang dirinya, raja murka. Dia memerintahkan seluruh pasukannya untuk membuat sebuah parit besar untuk api unggun besar.

Seluruh rakyat dikumpulkan d pinggiran parit, dengan api panas menyala. "Barang siapa yang kembali dari agamanya, maka selamatlah dia. Jika tidak, maka kalian akan aku masukkan ke dalam api unggun ini," teriak raja mencoba memberikan kesempatan kepada rakyatnya.

Namun, keimanan yang melekat dalam dada setiap penduduk, membuat mereka menolak tawaran rajanya dan lebih memilih masuk ke dalam api.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Muslim dikatakan, seorang ibu dengan anaknya yang ikut dalam 'holocaust' raja zalim tersebut, tertegun untuk melompat ke dalam api. "Bersabarlah wahai ibu, karena engkau berada di pihak yang benar," kata si anak mencoba menenangkan ibunya.

0 komentar:

Posting Komentar