00.27
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan (artinya): “Ada
tiga orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta.
Allah hendak menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka
Malaikat.
Malaikat itu datang kepada si belang
dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si belang menjawab: Saya
mendambakan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang
penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku. Malaikat itu pun
mengusap si belang, maka hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu,
bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya lagi: Harta
apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta. Kemudian ia
diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi berkata:
Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini.
Kemudian Malaikat itu datang kepada si
botak dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si botak menjawab:
Saya mendambakan rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang
menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini. Malaikat itu pun mengusap si
botak, maka hilanglah penyakitnya itu, serta diberilah ia rambut yang
bagus. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu
senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi sapi yang bunting.
Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang
kamu dapatkan ini.
Kemudian Malaikat itu datang kepada si
buta dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si buta menjawab:
Saya mendambakan agar Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku
dapat melihat. Malaikat itu pun mengusap si buta, dan Allah
mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah
yang paling kamu senangi? Si buta menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi
kambing yang bunting.
Selang beberapa waktu kemudian, unta,
sapi, dan kambing tersebut berkembang biak yang akhirnya si belang tadi
memiliki unta yang memenuhi suatu lembah, demikian juga dengan si botak
dan si buta, masing-masing memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu
lembah.
Kemudian Malaikat tadi datang kepada si
belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan
si belang waktu itu, dan berkata: Saya adalah orang miskin yang
kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau
memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta
kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah memberi engkau paras yang
tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan- seekor unta untuk
bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya
berikan masih banyak.
Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah
saya sudah mengenalimu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit
belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu? Bukankah kamu dahulu
orang yang miskin kemudian Allah memberi kekayaan kepadamu? Si belang
berkata: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku.
Malaikat itu berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu
seperti keadaan semula.
Kemudian Malaikat itu datang kepada si
botak seperti keadaan si botak waktu itu. Dan berkata kepadanya seperti
apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak juga menjawab seperti
jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi berkata: Jika kamu
berdusta, semoga Allah ? mengembalikanmu seperti keadaan semula.
Kemudian Malaikat tadi mendatangi si
buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si buta waktu itu dan
berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah
perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan
kecuali Allah ? kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut
Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu- seekor kambing untuk bekal
dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya dahulu adalah orang yang
buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa
yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi
Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu
ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu berkata: Peliharalah
harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah telah ridha
kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si botak).”
(HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin hadits no. 65)
Di dalam sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia tersebut
banyak terkandung faedah dan pelajaran beharga bagi kaum muslimin.
Tidaklah Rasulullah menceritakan kisah kejadian umat terdahulu melainkan
untuk menjadi pelajaran bagi umat yang datang setelahnya.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
Syukur Nikmat, Sebab Dibukanya Pintu Barakah
Dalam hadits tersebut kita melihat bagaimana si buta ketika dia
bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia menegaskan bahwa
kenikmatan berupa disembuhkannya dia dari kebutaan dan diberinya harta
kekayaan itu datangnya dari Allah subhanahu wata’ala. Kemudian dia
menginfakkan hartanya tersebut untuk membantu saudaranya yang
membutuhkan. Maka Allah subhanahu wata’ala pun berikan barakah kepadanya
dengan ditetapkannya harta tersebut kepadanya dan dia pun mendapatkan
ridha Allah subhanahu wata’ala.
Dari sini kita bisa mengambil faedah bahwasanya syukur nikmat
merupakan sebab ditetapkan bahkan ditambahkannya kenikmatan tersebut.
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah)
akan tambah (kenikmatan) untuk kalian, dan jika kalian ingkar,
sesunggahnya adzab-Ku sangatlah pedih.” (Ibrahim: 7)
Mengingkari Nikmat Berpotensi Mendapatkan Murka Allah Subhanahu wa Ta’ala
Berbeda dengan si buta, si belang dan si botak justru mengingkari
nikmat yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada mereka itu dengan
menyatakan: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku.
Mereka mengingkari bahwa harta yang mereka miliki itu merupakan
pemberian dari Allah subhanahu wata’ala. Lebih dari itu mereka enggan
untuk menginfakkan hartanya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan.
Maka mereka pun mendapatkan do’a kejelekan dari Malaikat dan mendapatkan murka dari Allah subhanahu wata’ala.
Demikianlah, barangsiapa yang tidak mau bersyukur kepada Allah subhanahu
wata’ala dan menyombongkan diri bahwa harta yang dimilikinya itu
merupakan hasil usahanya sendiri dan bukan pemberian Allah subhanahu
wata’ala, maka Allah subhanahu wata’ala mengancamnya dengan adzab yang
pedih.
Ingatkah anda akan perkataan Qarun yang diabadikan di dalam Al Qur’an (artinya):
“Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash: 78)
Apa yang terjadi kemudian? Allah subhanahu wata’ala tenggelamkan dia
beserta hartanya ke perut bumi. Allah subhanahu wata’ala berfirman
(artinya):
“Maka Kami membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.” (Al Qashash: 81)
Anjuran Bershadaqah
Hadits tersebut juga menunjukkan kepada kita tentang anjuran untuk
bershadaqah. Tidaklah harta itu berkurang karena shadaqah, dan tidaklah
orang kaya itu menjadi miskin karena dia rajin bershadaqah. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Justru dengan bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah,
barakahnya maupun jumlah harta itu sendiri. Allah subhanahu wata’ala
berfirman (artinya):
“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Dia (Allah) akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rizki.” (Saba’: 39)
Peringatan dari Perbuatan Kikir
Sifat kikir yang ditunjukkan oleh si belang dan si botak tersebut
justru berakibat buruk bagi diri mereka sendiri. Allah subhanahu
wata’ala murka kepada mereka. Orang-orang seperti inilah yang Allah
subhanahu wata’ala nyatakan dalam Al Qur’an (artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang
kikir dan menyuruh orang untuk berbuat kikir dan menyembunyikan karunia
Allah yang diberikan kepada mereka.” (An Nisa’: 36-37)
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka dengan adzab yang pedih.” (At Taubah: 34)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dan hati-hatilah kalian dari kikir, karena kekikiran itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Muslim)
Demikianlah beberapa faedah yang terkandung dalam hadits ini. Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang
bisa mengambil pelajaran darinya. Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.
0 komentar:
Posting Komentar