Jika Allah telah mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka pasangan tersebut menjadi saling melengkapi, saling menutupi kekurangan, bersedia berkorban untuk kebahagiaan, memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta bekerja sama secara sinergistik menjadikan rumah laksana surga yang indah, hangat, tentram, tempat berteduh, bertukar pikiran, beribadah dan berbagi rasa dengan pondasi ketaqwaan kepadaNYA. Subhanallah.
“ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya, dan dijadikanNya diantara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar Ruum:21)
Ketika dua jiwa dipersatukan dalam maghligai perkawinan dua keluarga akan menjadi satu keluarga baru. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaan masing-masing baik istri maupun suami. Karena suami dan istri adalah satu.
Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka."
Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan. Cinta karena Allah, bukankah hanya itu yang menjadikan mahligai cinta selalu indah. Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga. Seorang suami pun tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta. Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian. Namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa. Hingga air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Allah telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.
Firman-Allah untuk direnungkan tentang hakikat suami dan istri dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah kembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (An Nissa:1)
Seorang suami adalah pemimpin bagi istri. Jadikanlah suatu pernikahan itu sebagai asas pembangunan iman, dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tujuan nafsu semata-mata. Memberikan nafkah lahir dan batin kepada istri, mendidik, membina akhlaq keluarganya, senantiasa melaksanakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga dengan syura kesabaran, qanaah ketabahan, moga kita akan menjadi salah satu dari pada jamaah saf menuju syurga.
Bilamana Allah Azza wa Jalla meridhai seorang wanita menjadi wanita (istri) shalihah, karena wanita tersebut memang dengan hati ikhlas menjalankan kebaikan-kebaikan dengan mentaati suaminya, melayani suaminya dengan baik walaupun sedang dalam kesibukan, mendahulukan hak suami atas orang tuanya, menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya, senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami , menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah), mensyukuri segala sesuatu yang diberikan suami , menjaga sholatnya, menunaikan perintah dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya karena kesucian serta keshalihannya terhadap suami dan anaknya, memiliki hati yang indah dan mulia, menjadikan Allah sebagai puncak cinta dan Rasulullah sebagai teladannya maka penghargaan Allah baginya adalah puncak segala harapan seluruh orang mukmin, yakni surga yang kenikmatannya tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manusia.
Keluarga sakinah mawaddah warohmah merupakan dambaan setiap insan yang menjalani bahtera rumah tangga. Keindahan surga rumah tangga tersebut dapat diwijudkan dengan upaya bersama buah dari caring dan sharing suami dan istri. Yang satu tidak menjadi beban bagi yang lainnya, tapi sebaliknya memperkuat satu sama lain.
Beberapa pilar penting yang mutlak ada pada kehidupan suami istri:
1. Taqwa, keluarga sakinah tidak akan pernah dicapai tanpa ketaqwaan kepada Allah SWT. Ketaqwaan adalah hubungan kasih sayang yang menimbulkan keikhlasan untuk mengerjakan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.
2. Harta, harta mutlak ada dalam kehidupan rumah tangga. Harta membuat kita memiliki kebebasan sesuai dengan ketentuan Allah, untuk mencukupi kebutuhan dan mewujudkan keinginan kita. Tapi perlu diingat bahwa kebahagiaan bukan dari banyak nya harta akan tetapi dari hati yang penuh rasa syukur atas setiap rejeki yang telah diupayakan dengan baik, halal, mempunyai nilai manfaat bagi diri, keluarga dan sesama dan ikhlas hanya berharap ridhoaNya.
3. Sabar, hakikat dari sabar dalam rumah tangga adalah menahan sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian memaknai setiap cobaan dengan saling bergandengan tangan bersama dan mengambil hikmah dalam setiap goncangan-goncangan yang terjadi dalam perkawinan.
4. Ikhlas, dalam berumah tangga keikhlasan hakikatnya adalah menerima. Sifat ikhlas akan tercermin dari aura yang terpancar keluar dari dalam diri kita: wajah yang masih tersenyum walaupun sedang dirundung masalah, perkataan yang tetap terjaga dalam kondisi bagaimanapun, rela berkorban demi kebahagiaan keluarga.
5. Selalu berada dalam kebenaran, rumah tangga yang sakinah harus dibangun di atas kejujuran antar masing-masing pasangan. Tanpa kejujuran rumah tangga akan kehilangan salah satu pilarnya yaitu “kepercayaan”.
6. Adil, adil bukan sama rasa dan sama rata tapi meletakkan sesuatu pada tempat dan kadarnya.
7. Syukur, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat yang didapat. Salah satunya adalah sedekah, infak dan zakat.
8. Doa, perbanyak doa. Ada satu do’a yang diajarkan langsung oleh Allah SWT kepada suami da istri dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Do’a termakhtub dalam QS Al Furqon (25):74:
" Ya Tuhan kami, jadikanlah pasangan hidup kami dan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami panutan bagi orang-orang yang bertaqwa."
Hal yang perlu dibina dalam berumah tangga:
[1] Kesetiaan.
[2] Pengorbanan Ikhlas.
[3] Menyayangi setulus hati dengan sepenuh jiwa.
[4] Menyetujui dan memberikan dukungan sekaligus saran untuk perubahan yang lebih baik.
[5] Kejujuran.
[6] Kepercayaan.
[7] Pemberian tanpa mengharap pujian.
[8] Menerima keadaan walau bagaimanapun secara ridho Alloh Ta'ala.
[9] Melengkapi segala kekurangan.
[10]Memberikan segenap perhatian dan pengertian.
[11] Menghargai pemberian.
[12] Mengakui keberadaan atau kehadiran pasangan
[13] Rela meluangkan waktu untuk bersama dalam keakraban.
[14] Senantiasa mengasihi berbagi rasa diantara suka dan duka.
[15] Senantiasa positif thinking
[16] Senantiasa bersabar, bersikap lembut dan halus dan mencoba mengalah jika pasangan dalam keadaan emosi sekaligus menenangkan pikiran dan hati pasangan
[17] Senantiasa peduli terhadap perasaan pasangan berupa keinginan atau maksud pikirannya.
UNTAIAN SYAIR
Buat Suami
Pernikahan atau Perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia ...
Isteri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah ...
Justru Isteri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah ...
Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama ...
Isteri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Isteri adalah murid, Kamu mursyid (pembimbing)-nya,
Isteri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya ..
Saat Isteri menjadi madu, Kamu teguklah sepuasnya,
Seketika Isteri menjadi racun, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya Isteri tulang yang bengkok, Berhati2lah meluruskannya ...
Pernikahan atau Perkawinan,
Menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa ...
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Muhammad Rasulullah atau Isa As,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamaullahhuwajah,
Cuma suami akhir zaman, yang berusaha menjadi soleh ...
Buat Istri
Pernikahan atau Perkawinan,
Membuka tabir rahasia,
Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah semulia Muhammad,
Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Isa atau Ayub,
Atau pun segagah Musa,
Apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang soleh solehah...
Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah Nakoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamulah penuntun kenakalannya,
Saat Suami menjadi Raja, Kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika Suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya
Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna didalam menjaga
Dan bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi solehah ...
0 komentar:
Posting Komentar