Membunuh merupakan salah satu dosa besar
dalam agama Islam. Sebab, Allah SWT mengharamkan seorang muslim
membunuh sesamanya. Jika dilanggar, maka Neraka adalah ganjarannya.
Lantas apakah seorang pembunuh tidak bisa masuk ke dalam Surga?
Seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri, Nabi Muhammad SAW, pernah menyampaikan kepada umat soal keberadaan seorang pembunuh di zaman Bani Israil. Tak tanggung-tanggung, selama hidupnya, pria itu telah membunuh 100 orang. Bahkan, banyak di antara korbannya adalah seorang alim.
Saat korbannya telah mencapai 99 orang, pria itu hendak bertaubat. Dia kemudian mencari tahu tentang orang yang paling alim di bumi ini. Setelah mendapat jawaban, ia kemudian menuju ke orang lain itu yang tak lain adalah seorang rahib.
Setelah bertemu, ia kemudian bertanya apakah taubatnya dapat diterima meski telah membunuh 99 orang. Sang rahib pun menjawab dengan lantang, "Tidak."
Mendengar jawaban itu, dia langsung membunuh orang alim itu, hingga menggenapi jumlah orang yang telah dibunuhnya menjadi 100 orang. Dia kemudian kembali mencari tahu orang yang paling alim di muka bumi ini.
Setelah mendapatkan jawaban, dia pun langsung menuju orang yang dimaksud. Setelah berhadapan dengan orang berilmu itu, ia langsung bertanya apakah ada pintu taubat baginya yang telah membunuh 100 orang.
Orang alim itu berkata, "Ya. Siapa yang menghalangi dia dari taubatnya? Pergilah ke daerah ini dan ini. Karena sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk/jahat," kata Rasulullah.
Mendengar jawaban itu, dia pun bergegas berangkat. Namun, di tengah perjalanan malaikat maut mencabut nyawanya. Dia pun meninggal sebelum sampai di lokasi tujuan.
"Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia," kata Rasulullah.
Saat itu malaikat rahmat berkata, "Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya."
Sementara malaikat azab berkata, "Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali."
Karena pertentangan antara kedua malaikat itu tak kunjung selesai, akhirnya datanglah seorang malaikat dalam wujud manusia. Malaikat itu kemudian dijadikan sebagai hakim oleh kedua malaikat yang berselisih pendapat itu.
Sang hakim pun memberi solusi kepada keduanya. "Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka dialah yang berhak membawanya."
Mendengar masukan itu, malaikat rahmat dan azab kemudian mengukurnya. Setelah hasil ukuran diperoleh, ternyata pria pembunuh 100 nyawa itu lebih dekat kepada tempat yang menjadi tujuannya.Malaikat rahmat pun segera membawanya.
Hadits tersebut memberi pelajaran yang amat berharga bagi manusia yakni sejahat-jahatnya manusia jika memiliki niat tulus dan ikhlas untuk bertaubat kepada Tuhannya, maka pintu taubat senantiasa terbuka baginya. Sebab, Allah SWT tidak pernah memilih-milih taubat.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh, rupa luaran dan harta kamu, tetapi melihat kepada hati dan amalan kamu" (HR Muslim).
0 komentar:
Posting Komentar