Minggu, 12 Agustus 2012

Juwairiyah, pembuka keimanan kaum Yahudi


Juwairiyah, pembuka keimanan kaum Yahudi

Bani Mushthaliq dulu bersekongkol dengan suku Yahudi lainnya, gagal menyerang Rasulullah SAW dan Muslimin Mekkah. Nabi lantas menyiapkan pasukan untuk menyerang balik Bani Mushthaliq. Dengan semangat jihad mereka bergerak ke pemukiman Bani Mushthaliq.

Peristiwa penyerangan Bani Mushthaliq terjadi pada tahun kelima Hijriah. Pada penyerangan itu, Muslimin berhasil menjebol pertahanan lawan. Banyak tentara musuh menemui ajal di medan pertempuran, namun tidak sedikit juga yang masih hidup dan menjadi tawanan perang. Termasuk Burrah, putri pemimpin Bani Mushthaliq.

Awalnya Burrah menjadi tawanan sahabat Tsabit bin Qais. Burrah tidak rela. Dirinya yang cantik dan wanita terpandang di kaumnya, harus menjadi budak dan wanita hina di tangan Tsabit. Walau diakui Burrah, Tsabit adalah Muslimin yang rupawan dan gagah.

Berkali-kali Burrah menawarkan harga untuk penebus pembebasan dirinya. Tsabit tidak setuju, justru meninggikan harga tebusan. Merasa mendapat perlakuan semena-mena, Burrah memberanikan diri untuk menemui nabi mengadukan permasalahannya.

Saat itu nabi sedang istirahat, dengan lembutnya nabi menerima kedatangan Burrah. "Rasulullah, aku Burrah, putri pemimpin Bani Mushthaliq. Kau lihat sendiri saat ini kami sedang dicincang malapetaka akibat perang. Suamiku terbunuh, dan aku jatuh sebagai tawanan Tsabit bin Qais."

"Ia memang lelaki baik, tidak pernah berlaku buruk kepadaku. Namun, ketika kukatakan ingin menebus diri, dan ia tahu siapa aku, ia melejitkan harga tebusan. Rupanya ia ingin memeras harta dariku, tetapi aku tak punya. Maka, kupikir lebih baik minta perlindungan darimu, tolong bebaskan aku," pinta Burrah seperti dikutip dari buku bilik-bilik cinta Muhammad tulisan Nizar Abazhah.

Mendengar keluhan Burrah, Rasulullah SAW diam sejenak. Setelah cukup lama berpikir, Nabi Muhammad SAW menyanggupi kebebasan dan akan menikahinya. Tidak berlangsung lama, nabi menikah dengan Burrah. Perempuan Yahudi tersebut kemudian menjadi muallaf dan mengganti namanya menjadi Juwairiyah.

Di lain tempat, ayah Juwairiyah yang belum mengetahui keislaman dan kondisi putrinya, berangkat bersama rombongan Bani Mushthaliq ke Madinah untuk melakukan penebusan. Dengan membawa beberapa unta, domba, dan barang-barang berharga lainnya, dia rela memberikan harta kesayangannya hanya untuk menebus putrinya.

Setelah sampai di Madinah dan bertemu nabi, ayah Juwairiyah menyampaikan maksudnya. Namun secara tidak disangka, tiba-tiba nabi menjawab permintaan ayah Juwairiyah dengan menanyakan dua ekor unta yang termasuk dalam barang tebusan. "Mana dua ekor unta yang engkau sembunyikan dalam batu akik itu?" tanya Rasulullah SAW.

Ternyata, ketika dalam perjalanan ke Madinah, ayah Juwairiyah kepincut kepada dua ekor unta terbaik. Karena merasa eman, ayah Juwairiyah memutuskan tidak menyertakan tetapi memulangkan kembali dua ekor unta tersebut.

Seketika ayah Juwairiyah terdiam, dia tidak menyangka perbuatan yang hanya dia yang tahu, bisa terbongkar oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian nabi menceritakan kondisi putrinya selama di Madinah, termasuk kesadaran Juwairiyah memeluk Islam.

Ayah Juwairiyah bersyukur mendengar kondisi putrinya, terlebih ketika bertemu langsung dengan perempuan yang disayanginya. Linangan air mata kebahagiaan mengalir pada kedua pipinya.

Karena peristiwa ini, hati ayah Juwairiyah terguncang. keimanannya sebagai pemeluk Yahudi terusik, akhirnya dia memutuskan untuk masuk Islam dan serentak diikuti Bani Mushthaliq keseluruhan. keputusan sang pemimpin suku, sekaligus memutus praktek perbudakan Bani Mushthaliq di kalangan Muslimin. Seluruh Bani Mushthaliq yang menjadi tawanan perang serentak mendapatkan jaminan kebebasan.

0 komentar:

Posting Komentar