Minggu, 12 Agustus 2012

Berkenalan dengan Muslimah pertama penjaga Alquran

Berkenalan dengan Muslimah pertama penjaga Alquran
Setelah Khunias bin Hadzafah Al-sahmi mati syahid dalam perang Uhud melawan pasukan Quraisy, sang istri Hafshah binti Umar dirundung kesedihan mendalam. Namun itu tidak berlangsung lama, setelah Rasulullah SAW meminangnya sebagai istri.


Di antara istri-istri nabi yang lain, Hafshah memiliki kelebihan dalam mengingat dan menulis. Untuk ukuran masyarakat Mekkah waktu itu, kemampuan dan gaya tulisan Hafshah jauh lebih bagus. Maka tidak heran jika nabi juga memberikan perhatian besar kepada Hafshah.

Dalam buku bilik-bilik cinta Muhammad tulisan Nizar Abashah dikatakan, karena perhatian besar itulah, Nabi Muhammad SAW mendorong Hafshah untuk memperdalam ilmu menulisnya. Pada perkembangan berikutnya, peran Hafshah sangat penting selama periode pertama penulisan wahyu Alquran.

Selain menjadi istri yang sholehah, Hafshah juga menggunakan kemampuan menulis dan ketajaman ingatan untuk mengumpulkan penggalan wahyu Alquran. Perbuatan Hafshah tersebut tidak mendapat penolakan dari nabi, mengingat Hafshah merupakan Muslimah yang memiliki kejernihan hati dan taat menjalankan salat serta puasa.

Selama Muhammad menjadi rasul, Hafshah berhasil mengumpulkan penggalan-penggalan ayat Alquran yang ditulisnya pada lembaran dahan pohon kurma, papan, tulang, dan kulit hewan. Dialah wanita pertama dan satu-satunya penghafal dan penulis Alquran langsung di bawah pengawasan Rasulullah SAW.

Setiap Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, Hafshah dengan teliti dan cekatan menghafal kemudian menulisnya. Penggalan wahyu dan hafalannya terus dijaga Hafshah sampai pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq.

Tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, umat Islam dipecah dengan munculnya nabi palsu yang mengaku utusan Allah SWT untuk meneruskan perjuangan Muhammad sebagai nabi. Untuk memerangi nabi palsu tersebut, beberapa sahabat menggelar pertemuan yang bertujuan mengangkat seorang khalifah. Akhirnya Abu Bakar Ash-shiddiq didaulat menjadi khalifah pertama.

Selama menjadi khalifah, kemunculan nabi palsu berhasil diantisipasi. Selain itu, pada pemerintahan Abu Bakar, untuk pertama kalinya penggalan wahyu yang disimpan Hafshah ditulis ulang menjadi satu mushaf utuh. Pada waktu itu, penulisan Alquran disusun berdasarkan waktu turunnya kepada Nabi Muhammad SAW.

Setelah Alquran tersusun rapi menjadi satu mushaf, Abu Bakar memberikan kepercayaan kepada Hahshah untuk menyimpan dan memelihara Alquran di rumahnya. Mendapat kewajiban penting itu, Hafshah mempertaruhkan keselamatan dan pengabdiannya untuk menjaga Alquran sampai dia meninggal dunia. Karena perbuatan mulia ini, kemudian umat Islam menjulukinya sebagai si penjaga Alquran.

0 komentar:

Posting Komentar