Minggu, 12 Agustus 2012

Perempuan kaya penghuni surga

Perempuan kaya penghuni surga

Nabi Muhammad SAW merasakan beratnya dakwah pada masa awal kenabian, cemooh, ejekan, penghinaan, bahkan kekerasan fisik sudah menjadi makanan sehari-hari nabi. Dalam benaknya, Rasulullah SAW hanya berjuang menegakkan kalimat syahadat. Menyerukan kepada kaum Quraisy beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala Laatta, Uzza, Hubal, Minat, dan berhala lainnya.

Kesetiaan Khadijah binti Khuwailid di samping nabi, seolah menjadi penyemangat dan pengobat segala rasa sakit yang diderita. Ketika Nabi Muhammad sedang berkecil hati dan pesimis dengan dakwahnya, Khadijah dengan hangat memeluk dan menenangkan kebimbangan nabi. Meski dalam hati Khadijah juga merasakan beratnya dakwah, namun wajahnya tidak pernah menunjukkan letih.

Ketika memasuki masa dakwah terang-terangan, Khadijah dengan setia ikut bersama nabi mendatangi kerumunan kaum kafir Quraisy mengajak beriman kepada Allah SWT. Dengan wajah yang selalu membiaskan keceriaan dan perkataan yang jujur, Khadijah bertugas mendatangi wanita Quraiy, menjelaskan kebenaran kerasulan Muhammad.

Pada masa awal kenabian itu, jumlah Muslimin hanya segelintir orang. Umumnya mereka yang masuk Islam didominasi oleh kerabat dekat dan budak.

Dalam buku istri Rasulullah contoh dan tauladan, tulisan Amru Yusuf dikatakan, di antara tokoh Quraisy yang menentang dakwah nabi, hanya Abdul Uzza bin Abdul Muthalib atau lebih familiar dipanggil Abu Lahab yang paling keras menentang. Dia bersama istrinya Ummu Jamil menghalalkan segala cara untuk mencegah dan menghentikan dakwah nabi.

Abu Lahab adalah paman nabi. Namun karena keangkuhan dan ketulian hatinya, dia justru menentang kebenaran ajaran nabi. Dia mendatangi dan mengancam kepada siapa saja orang Quraisy yang mendengarkan dakwah nabi, bahkan dia menghasut mereka untuk memusuhi dan melempari kotoran ketika nabi beserta pengikutnya berjalan di tengah permukiman.

Semua usaha kaum Quraisy tidak berhasil menghentikan dakwah nabi, hingga akhirnya Abu Lahab bersama para pembesar Quraisy bersepakat untuk memboikot Muslimin. Nabi Muhammad SAW bersama Khadijah dan para pengikutnya di depak dari Mekkah.

Umat Islam terisolir dan terpisah dari hiruk pikuk kota Mekkah. Orang-orang Quraisy mengembargo mereka pada segala bidang, transportasi, sosial, politik, bahkan kebutuhan sehari-hari. Tanpa ragu kaum Quraisy menempelkan naskah pemboikotan pada dinding Kabah

Pada masa pemboikotan inilah, Khadijah memiliki peran penting untuk keberlangsungan hidup Muslimin. Dengan berbagai cara, setiap hari Khadijah mencicil harta miliknya untuk mencukupi kebutuhan dan meringankan beban kaum Muslimin. Hingga akhirnya yang tersisa dari Khadijah hanya kondisi fisik yang semakin tua dan lemah.

Namun Khadijah menjalani semua denga ikhlas, dia tidak pernah mengeluh akan kondisi tubuhnya yang semakin ringkih. Bahkan pada hari-hari selanjutnya, Khadijah harus rela didera lapar, haus dan segala kekurangan lainnya. Meski demikian, dia yakin jika pertolongan Allah pasti akan datang dan kemenangan untuk Islam.

Pemboikotan terjadi selama tiga tahun. Dalam kurun waktu itu, keimanan Muslimin tidak sedikitpun tergoyahkan. Justru mereka merasakan kokohnya keyakinan kepada pertolongan Allah SWT. Setelah masa boikot selesai, Rasulullah SAW bersama para sahabat kembali ke Mekkah melanjutkan dakwah.

Namun tidak lama setelah berakhirnya pemboikotan, kesedihan menghampiri Rasulullah SAW. Paman nabi, Abu Thalib dan pujaan hatinya Khadijah meninggal dunia. Dalam sabdanya, Rasulullah SAW menjelaskan jika Allah SWT telah menjadikan Khadijah sebagai wanita terbaik penghuni surga. Semua itu diberikan karena perjuangan dan pengorbanan Khadijah kepada Islam.

"Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran," diriwayatkan Imam Ahmad.

0 komentar:

Posting Komentar